Review Lamin Adat Geleo Baru, Luuq Peluatn Kutai Barat

 Pancurajipost.com - Lamin Adat Geleo Baru atau masyarakat setempat menyebutnya Luuq Peluatn adalah Lamin (Rumah Panjang) Suku Dayak Tonyooi yang mana keberadaanya masih dihuni sampai  sekarang dan merupakan simbol budaya dan kebersamaan Suku Dayak Tunjung di Kutai Barat. 

Dengan arsitektur khas, fungsi sebagai pusat adat, dan peran dalam pelestarian budaya, lamin ini tidak hanya menjadi warisan sejarah tetapi juga memiliki peran sentral dalam kehidupan sosial, budaya, dan adat istiadat masyarakat setempat untuk memperkuat identitas lokal. 

Upaya pemerintah dan masyarakat setempat untuk melestarikan lamin ini, melalui pembangunan infrastruktur dan pengakuan lembaga adat, menunjukkan komitmen untuk menjaga kearifan lokal di tengah modernisasi. 

Lamin Adat Geleo Baru
Lamin Adat Geleo Baru

Lokasi dan Jalur Transportasi

Google Map Lamin Adat Geleo Baru

Alamat dan Nomor Telepon Lamin Adat Geleo Baru

Alamat : Lamin Adat Geleo Baru, Kampung Geleo Baru, RT.02/RW.No.34, Kecamatan Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur
Kodepost Lamin Adat Geleo Baru : 75656
Nomor Telepon Lamin Adat Geleo Baru : (0545) 4046757 (DISBUDPARPORA Kutai Barat)

Akses

Geser gambar untuk melihat sekeliling simpang jalan Lamin Adat Geleo Baru

Lamin Adat Geleo Baru sangat mudah diakses karena kondisi jalan sudah teraspal, berada dipertigaan jalan dan juga berdekatan dengan Kantor Desa Geleo Baru hanya dengan berjalan kaki selama 2 menit sampai.

Dari pusat kota Sendawar (Bundaran Tugu Macan Dahan), ibu kota Kabupaten Kutai Barat ke Lamin Adat Geleo Baru dengan jarak sekitar 10.3 Km atau sekitar 22 menit berkendara melalui jalan menuju Jantur Menarung

Sedangkan dari Wisata Air Hemaq Beniung ke Lamin Adat Geleo Baru ditempuh dengan waktu sekitar 30 menit atau jaraknya sekitar 13 Km saja.

Latar Belakang dan Sejarah

Depan Lamin Adat Geleo Baru
Depan Lamin Adat Geleo Baru Foto (IG @jelajahi.kubar)
Lamin Adat Geleo Baru dibangun sebagai bagian dari perkembangan Kampung Geleo Baru, yang merupakan pemekaran dari Kampung Geleo Asa (juga dikenal sebagai Geleo Lama) pada periode 1945–1950.

Pemekaran ini terjadi karena keterbatasan ruang di lamin Geleo Asa yang sudah tidak memadai untuk menampung jumlah penduduk yang semakin bertambah. 

Musyawarah yang dipimpin oleh tokoh masyarakat, Sutot mpo Jumin, menghasilkan keputusan untuk membentuk pemukiman baru di daerah yang disebut Peluatn, yang kemudian dinamakan Geleo Baru. Pembangunan lamin di Geleo Baru dimulai pada tahun 1951–1952, dan hingga kini lamin tersebut masih berdiri dan dihuni oleh beberapa kepala keluarga. 

Pada tahun 1954, Geleo Baru resmi menjadi kampung definitif dengan Y. Tangkas sebagai kepala kampung pertama dan berakhir pada tahun 1973 

Lamin Adat Geleo Baru awalnya berada di bawah naungan pemerintahan Geleo Asa, namun seiring waktu, Geleo Baru berkembang menjadi komunitas mandiri dengan lamin adat sebagai pusat kegiatan budaya dan adat istiadat.

Lamin Adat Geleo Baru sebagai bukti sejarah berdirinya kampung Geleo Baru, Lamin Adat Geleo Baru/Luuq Peluatn sampai sekarang masih dihuni oleh beberapa kepala keluarga sebagai pemilik ahli waris Ruakng Luuq (kamar dalam lamin) salah satu ahli warisnya bernama pak Sekius Busin

Sekius Busin mengatakan bahwa selain sebagai tempat tinggal,  Lamin Adat Geleo Baru ini juga digunakan untuk berbagai kegiatan umum diantaranya pernikahan adat, musyawarah serta sebagai tempat Sekretariat Karang Taruna Malihor

Arsitektur dan Struktur Lamin

Lamin Adat Geleo Baru adalah rumah panjang (lamin) tradisional Suku Dayak, yang dirancang untuk menampung beberapa keluarga dalam satu bangunan. Lamin ini memiliki karakteristik arsitektur vernakular khas Kalimantan Timur, yang mencerminkan nilai-nilai budaya dan kebersamaan masyarakat Dayak. 

Struktur Panggung

Struktur Panggung Lamin Adat Geleo Baru
Struktur Panggung Lamin Adat Geleo Baru. Foto (IG @jelajahi.kubar)
Lamin dibangun sebagai rumah panggung dengan tiang-tiang penyangga dari kayu ulin atau bengkirai, yang terkenal akan kekuatan dan ketahanannya terhadap kondisi lingkungan tropis. Ketinggian rumah panggung ini berfungsi untuk melindungi penghuni dari banjir, hewan buas, dan sebagai tempat penyimpanan di bagian kolong rumah.

Bagian kolong sering digunakan sebagai kandang ternak (seperti babi atau anjing) atau tempat penyimpanan peralatan.

Bahan Konstruksi

Secara tradisional, lamin menggunakan bahan alami seperti kayu ulin untuk tiang, dinding dari kulit kayu, dan rotan sebagai pengikat tanpa paku.

Ruang dan Fungsi 

Ruang tamu Lamin Adat Geleo Baru
Ruang tamu Lamin Adat Geleo Baru. Foto (IG @jelajahi.kubar) 
Lamin Adat Geleo Baru memiliki beberapa ruang (luuq) yang masing-masing ditempati oleh keluarga inti. Setiap keluarga memiliki ruang dapur, kamar pribadi untuk pasangan yang sudah menikah, dan ruang bersama untuk kegiatan komunal.

Terdapat ruang utama atau balai yang digunakan untuk musyawarah, upacara adat, dan kegiatan sosial seperti ritual Belian (penyembuhan) atau Kwangkay (upacara kematian). 

Di depan lamin, sering ditempatkan patung-patung kayu (blonthang) yang melambangkan sebagai penghormatan kepada leluhur. 

Ornamen dan Makna Filosofis

Patung pahat kayu ulin di Lamin Adat Geleo Baru
Patung pahat kayu ulin di Lamin Adat Geleo Baru. Foto (IG @jelajahi.kubar) 
Lamin dihiasi dengan ukiran khas Dayak yang khas, di mana setiap ukiran dan warna memiliki makna filosofis tertentu, seperti keberanian, kesucian, atau harmoni. Ukiran ini juga mencerminkan identitas budaya dan sejarah Suku Dayak Tunjung.

Struktur spasial lamin menekankan konsep kebersamaan, dengan ruang tengah (beranda/usei) sebagai tempat berkumpul, yang menjadi simbol nilai kolektivitas masyarakat Dayak. 

Fungsi dan Peran dalam Masyarakat

Lamin Adat Geleo Baru bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga pusat kegiatan budaya, sosial, dan adat istiadat. Beberapa fungsi utama lamin ini meliputi:

Pusat Upacara Adat 

Lamin digunakan untuk menyelenggarakan berbagai ritual adat, seperti upacara kematian (Kwangkay), ritual penyembuhan (Belian), dan perayaan adat lainnya. Ritual-ritual ini merupakan bagian penting dari kehidupan masyarakat Dayak Tunjung dan Benuaq, yang masih kental dengan tradisi leluhur. 

Contohnya, pada peringatan HUT ke-174 Kampung Geleo Asa pada tahun 2024, lamin menjadi lokasi penting untuk kegiatan adat dan penyampaian visi pembangunan berbasis budaya. 

Pusat Komunitas

Lamin berfungsi sebagai tempat berkumpulnya masyarakat untuk musyawarah (sempekat atau brinuk), menyelesaikan konflik, atau merencanakan kegiatan bersama. Prinsip kekerabatan bilateral (purus) yang dianut Suku Dayak Tunjung mengikat komunitas dalam hubungan darah dan perkawinan, yang diperkuat melalui aktivitas di lamin. 

Simbol Identitas Budaya

Lamin Adat Geleo Baru adalah representasi identitas Suku Dayak Tunjung dan kebanggaan budaya mereka. Lamin ini menjadi bagian dari Taman Adat Sendawar (TAS) di Barong Tongkok, yang merupakan miniatur kehidupan Suku Dayak Kutai Barat, menampilkan rumah adat dari berbagai sub-suku seperti Tunjung, Benuaq, Bahau, Kenyah, Aoheng, dan Melayu. 

Destinasi Wisata Budaya

Lamin Adat Geleo Baru juga menjadi daya tarik wisata budaya di Kutai Barat. Bersama dengan lamin-lamin lain di Taman Adat Sendawar, lamin ini sering dikunjungi wisatawan untuk menyaksikan keunikan arsitektur, tarian adat, dan ritual tradisional. Kegiatan seperti festival seni budaya dan upacara adat di TAS menarik perhatian wisatawan lokal dan internasional. 

Masyarakat Geleo Baru

Masyarakat Geleo Baru mayoritas adalah Suku Dayak Tunjung, dengan sebagian kecil penduduk dari suku lain seperti Dayak Benuaq, Kutai, dan Jawa. 

Penduduk Geleo Baru menganut berbagai agama, termasuk Kristen Protestan (53,5%), Katolik (44,5%), Islam (1,5%), dan Kaharingan (0,5%). 

Meskipun ada pengaruh modernisasi, tradisi adat tetap kuat, terlihat dari peran Kepala Adat dan lembaga adat yang diakui secara resmi oleh pemerintah melalui Peraturan Kemendagri No. 18 Tahun 2018. 

Pada tahun 2019, Kepala Adat Kampung Geleo Asa, Jemidin, dilantik dengan upacara adat Beluluh, menandakan pentingnya lamin sebagai pusat pelaksanaan tradisi adat. 

Lembaga adat ini berperan sebagai mitra pemerintah dalam menjaga harmoni sosial, melestarikan budaya, dan mendukung pembangunan berbasis nilai-nilai lokal. 

Pembangunan dan Infrastruktur

Lamin Adat Geleo Baru juga mendapat perhatian dalam pembangunan infrastruktur. Pada tahun 2024, Bupati Kutai Barat FX Yapan menyebutkan bahwa berbagai proyek pembangunan di Geleo Baru, seperti semenisasi jalan, pembangunan kantor kampung, dan fasilitas pendidikan, dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa mengesampingkan nilai-nilai adat. 

Jalan poros Geleo Baru ke Ngenyan Asa juga menjadi bagian dari proyek infrastruktur untuk memperbaiki konektivitas antar kampung.

Pertanyaan yang sering ditanyakan di Lamin Adat Geleo Baru

Apakah ada MCK di Lamin Adat Geleo Baru?

Di dalam Lamin Adat Geleo Baru telah disediakan MCK untuk para pengunjung.

Apakah wisatawan yang berkunjung ke Lamin Adat Geleo Baru bisa menginap disana?

Para pengunjung atau tamu Lamin Adat Geleo Baru bisa menginap sementara dengan catatan mematuhi peraturan adat.

Apa saja fasilitas di Lamin Adat Geleo Baru?

Di Lamin Adat Geleo Baru terdapat ruang teras, ruang tamu,dapur, WC.

Apakah ada sinyal GSM di Lamin Adat Geleo Baru?

Ya, Lamin Adat Geleo Baru berada di jalan aspal dan dekat dengan ibukota sehingga terdapat sinyal GSM 

YH Reporter
YH Reporter Saya adalah Seorang IT dan Penulis, Pernah Bekerja di Instansi Pemerintahan dan Swasta. Sumbangsih kepada Negara dengan mengangkat tulisan di Sektor Wisata sebagai 5 besar penggerak perekonomian Indonesia.

Posting Komentar untuk "Review Lamin Adat Geleo Baru, Luuq Peluatn Kutai Barat"