Pancurajipost.com - Masjid Jami Nurul Ibadah atau Masjid Besar Nurul Ibadah di Pasir Belengkong, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, adalah salah satu masjid tertua di wilayah tersebut dan memiliki nilai sejarah serta budaya yang signifikan sebagai peninggalan Kesultanan Sadurengas.
![]() |
Masjid Jami Nurul Ibadah, Pasir Belengkong, Paser, Foto (Dedi Handoko) |
Sejarah dan Latar Belakang
Tahun Berdiri
Masjid Jami Nurul Ibadah didirikan pada tahun 1851 pada masa keemasan Kesultanan Sadurengas, tepatnya di era pemerintahan Sultan Aji Tenggara (1844–1873). Masjid ini awalnya dibangun sebagai tempat ibadah bagi keluarga raja dan masyarakat sekitar keraton.
Fungsi Awal
Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Jami Nurul Ibadah ini juga berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial dan musyawarah masyarakat.
Menurut pengurus masjid, Ahmad Jamil, masjid ini menjadi tempat berkumpul untuk membahas permasalahan masyarakat pada masa Kesultanan Paser, menunjukkan peran pentingnya dalam kehidupan sosial dan keagamaan.
Status Cagar Budaya
![]() |
Cagar Budaya Pasir Belengkong, Foto (Yori Riyo Family) |
Lokasi dan Akses
Google Map Masjid Jami Nurul Ibadah
Alamat dan Nomor Telepon Masjid Jami Nurul Ibadah
Akses
Masjid Jami Nurul Ibadah terletak di satu kawasan dengan Museum Sadurengas (bekas keraton Kesultanan Paser) dan berdekatan dengan Makam Raja-Raja Tana Paser, menjadikannya bagian dari kompleks bersejarah yang penting di wilayah ini.
Masjid Jami Nurul Ibadah berjarak sekitar 5.9 km atau 10 menit berkendara dari pusat Kota Tanah Grogot (Bundaran Simpang 5), ibu kota Kabupaten Paser.
Pengunjung dapat mencapai lokasi ini melalui Jl. Kandilo Bahari dalam waktu sekitar 10 menit perjalanan darat. Lokasinya yang strategis di dekat Sungai Kandilo menambah nilai estetika kawasan ini.
Arsitektur dan Karakteristik Fisik
Bahan Konstruksi
Masjid Jami Nurul Ibadah dibangun dengan bahan dasar kayu jati, yang dipilih karena ketahanannya. Struktur kayu ini masih dipertahankan hingga kini meskipun telah mengalami beberapa kali renovasi. Corak ukiran khas Paser menghiasi bangunan, memberikan sentuhan budaya lokal yang khas.
Desain Interior
![]() |
Interior Masjid Jami Nurul Ibadah, Foto (Muhammad Zaini) |
Struktur kayu ini masih terjaga dengan baik, mencerminkan arsitektur tradisional Melayu dengan corak khas Paser.
Anak Tangga Muazin
![]() |
Anak tangga muazin Masjid Jami Nurul Ibadah, Foto (Muhammad Zaini) |
Hiasan Dinding Digital
![]() |
Mimbar dan Imam Masjid Jami Nurul Ibadah, Foto (Marsuni Se'na) |
Penerangan Tradisional
Sebelum dialiri listrik, masjid menggunakan lampu pelita tanpa semprong. Pada tahun 1969, penerangan beralih ke lampu strongking, menunjukkan adaptasi teknologi tanpa mengubah esensi bangunan.
Mimbar dan Renovasi
Mimbar awalnya berada di tengah masjid, tetapi dipindahkan ke depan saat renovasi pertama pada 1970-an. Renovasi kedua (2010) dan ketiga (2012) hanya mengganti bagian rapuh tanpa mengubah bentuk asli.
Suasana dan Fungsi
Interior masjid memberikan nuansa berbeda dibandingkan masjid modern, tanpa AC, hanya menggunakan kipas angin. Meski sederhana, masjid ini tetap ramai untuk salat lima waktu, tarawih, tadarus, dan buka puasa bersama selama Ramadan.
Desain Eksterior
Arsitektur
![]() |
Desain arsitektur Masjid Jami Nurul Ibadah, Foto (Dedi Handoko) |
Ruang Imam di Masjid Jami Nurul Ibadah menonjol kedepan sebagai ciri khas ruang imam zaman dahulu.
Menara dan Bedug
![]() |
Beduk dan kentongan Masjid Jami Nurul Ibadah, Foto (Marsuni Se'na) |
Dulu untuk bisa ke menara ini dapat diakses melalui anak tangga di dalam untuk mengumandangkan azan.
Bedug kayu berkulit masih digunakan, terutama setelah salat Magrib hingga waktu Isya selama Ramadan, menambah suasana tradisional serta kentongan dari kayu juga masih terpelihara.
Simbol Lempinak
Ornamen daun lempinak pada eksterior melambangkan kemakmuran dan harapan agar masjid terus dimakmurkan dengan kegiatan keagamaan.
Jam Matahari
![]() |
Jam Matahari, Masjid Jami Nurul Ibadah, Foto (Mohamad Mashudi Abdurrahman) |
Jam ini terdiri dari batang besi tembaga yang ditancapkan pada lempengan batu marmer dengan enam ruas.
Waktu salat, seperti salat Zuhur, ditentukan ketika bayangan besi tembaga tidak terlihat di permukaan marmer, menandakan matahari berada tepat di atas.
Fitur ini menunjukkan kearifan lokal dalam memadukan teknologi sederhana dengan kebutuhan keagamaan.
Renovasi
Masjid Jami Nurul Ibadah ini telah mengalami tiga kali renovasi (pada 1970-an, 2010, dan 2012) untuk memperbaiki bagian-bagian yang rapuh, tetapi bentuk asli bangunan tetap dipertahankan. Renovasi tidak mengubah karakter arsitektur awal, hanya mengganti elemen kayu yang sudah rusak.
Peran dan Aktivitas Keagamaan
Ibadah Harian dan Ramadan
Masjid Jami Nurul Ibadah tetap aktif sebagai tempat ibadah hingga kini, dengan jamaah yang ramai terutama saat salat lima waktu dan salat tarawih selama Ramadan.
Pengurus masjid, Baharuddin, menyebutkan bahwa masjid ini tidak pernah sepi jamaah, bahkan teras masjid sering penuh saat salat tarawih karena tingginya antusiasme masyarakat.
Wisata Religi
Masjid ini menjadi salah satu tujuan wisata religi, terutama menjelang Ramadan dan setelah Idulfitri, ketika pengunjung dari Samarinda, Penajam Paser Utara, Balikpapan, hingga Kalimantan Selatan datang untuk beribadah atau berziarah. Popularitasnya meningkat karena statusnya sebagai masjid tua peninggalan keraton.
Acara Keagamaan
Masjid Jami Nurul Ibadah ini sering menjadi lokasi acara keagamaan seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul Pangeran Syarif Hamid Assegaf, yang dihadiri oleh pejabat daerah dan masyarakat setempat, memperkuat peran masjid sebagai pusat kegiatan spiritual.
Historis dan Budaya
Kesultanan Sadurengas
Masjid ini dibangun sebagai bagian dari kompleks keraton Kesultanan Sadurengas, yang mencakup kediaman Sultan Aji Tenggara (sekarang Museum Sadurengas) dan Makam Raja-Raja Tana Paser.
KeberadaanMasjid Jami Nurul Ibadah menjadi bukti perkembangan syiar Islam di wilayah Tana Paser, sejalan dengan peran kesultanan dalam penyebaran agama Islam di Kalimantan Timur.
Peran Sosial
Pada masa awal berdirinya, masjid ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat musyawarah masyarakat, tempat para tetua membahas isu-isu penting. Hal ini menunjukkan bahwa masjid memiliki fungsi sosial yang kuat di komunitas Paser.
Makam Raja-Raja
Masjid Jami Nurul Ibadah berdekatan dengan Makam Raja-Raja Tana Paser, masjid ini menjadi bagian dari destinasi wisata religi terpadu. Pada hari kedua Idulfitri, kawasan ini ramai dikunjungi peziarah yang ingin berdoa di makam para sultan sekaligus beribadah di masjid.
Kondisi Saat Ini dan Pemeliharaan
Kondisi Bangunan
Meskipun telah direnovasi, masjid ini tetap mempertahankan keaslian arsitektur dan bahan bangunannya. Bagian-bagian seperti mimbar, ukiran kayu, dan kaligrafi masih terjaga dengan baik.
Penerangan Sejarah
Sebelum adanya listrik, masjid ini menggunakan lampu pelita tanpa semprong untuk penerangan. Pada tahun 1969, masjid mulai menggunakan lampu strongking, menunjukkan adaptasi teknologi sederhana pada masa itu.
Status Masjid Kecamatan
Pada tahun 2023, Camat Paser Belengkong, Salman, SE, MM, memimpin rapat koordinasi yang menetapkan Masjid Jami Nurul Ibadah sebagai masjid kecamatan. Keputusan ini bertujuan untuk menjaga kelestarian masjid sebagai cagar budaya sekaligus memperkuat fungsinya sebagai pusat ibadah dan kegiatan masyarakat.
Pertanyaan yang sering ditanyakan di Masjid Jami Nurul Ibadah
Kapan Masjid Jami Nurul Ibadah didirikan?
Masjid Jami Nurul Ibadah ini didirikan pada tahun 1851 pada masa kepemimpinan Sultan Aji Tenggara.
Apa keunikan arsitektur Masjid Jami Nurul Ibadah?
Masjid Jami Nurul Ibadah ini terbuat dari kayu ulin dengan ornamen klasik, memiliki 12 anak tangga mengelilingi tiang hingga menembus plafon, dan tidak menggunakan AC, hanya kipas angin.
Apakah Masjid Jami Nurul Ibadah masih digunakan untuk ibadah?
Ya, Masjid Jami Nurul Ibadah masih digunakan untuk salat lima waktu, salat Jumat, dan salat tarawih selama Ramadan.
Apa hubungan Masjid Jami Nurul Ibadah dengan Museum Sadurengas?
Masjid Jami Nurul Ibadah terletak di sebelah Museum Sadurengas, yang dulunya merupakan kediaman Sultan Aji Tenggara, dan menjadi bagian dari kompleks warisan Kerajaan Sadurengas.
Apakah Masjid Jami Nurul Ibadah menjadi destinasi wisata religi?
Ya, Masjid Jami Nurul Ibadah menjadi spot wisata religi, terutama ramai dikunjungi setelah Idulfitri oleh wisatawan dari Samarinda, Balikpapan, hingga Kalimantan Selatan
Posting Komentar untuk "Review Masjid Jami Nurul Ibadah, Masjid Tertua di Kabupaten Paser"