Pancurajipost.com - Lamin Mancong, juga dikenal sebagai Lo’u Mancunk dalam bahasa Dayak Benuaq, adalah rumah panjang tradisional Suku Dayak Benuaq yang terletak di Kampung Mancong, Kecamatan Jempang, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur.
Sebagai salah satu cagar budaya yang ditetapkan melalui Peraturan Bupati Kutai Barat No. 8 Tahun 2013, lamin ini bukan hanya bangunan bersejarah, tetapi juga simbol kekayaan budaya, sejarah, dan kehidupan komunal masyarakat Dayak Benuaq.
![]() |
Lamin Mancong, Wisata Budaya Kutai Barat Foto (ANGGI KUSUMAWARDANI) |
Berikut adalah penjelasan mendetail tentang Lamin Mancong, mencakup sejarah, arsitektur, fungsi budaya, daya tarik wisata, aksesibilitas, dan tantangan serta potensinya.
Sejarah Lamin Mancong
Pembangunan: Lamin Mancong dibangun pada tahun 1920 oleh Temenggung Bank (dikenal sebagai Kakah Biru) bersama keluarganya.
Menurut penuturan Yohana Pang, keturunan pendiri lamin, persiapan pembangunan dimulai pada 1915 dengan mengumpulkan bahan-bahan, tetapi lamin baru selesai dan ditempati pada 1920.
Awalnya, lamin hanya terdiri dari empat bilik untuk keluarga utama, yang kemudian diperpanjang oleh keturunan mereka hingga membentuk struktur panjang seperti saat ini.
Konflik dengan Kerajaan Kutai: Lamin Mancong awalnya meniru motif arsitektur Keraton Kutai Kartanegara tanpa izin, yang menyebabkan Temenggung Bank dihukum oleh Sultan Kutai Kartanegara. Ia ditahan selama tiga bulan di Tenggarong.
Hukuman ini mencerminkan sensitivitas budaya dan politik pada masa itu, tetapi lamin tetap berdiri sebagai warisan penting.
Pemugaran: Karena usianya yang sudah tua, Lamin Mancong telah dipugar oleh Equatorial Heritage International Foundation (EHIF).
Pemugaran ini menjaga keaslian struktur sambil memastikan kekokohan bangunan. Balai Pelestarian Cagar Budaya Kalimantan Timur juga melakukan studi teknis dan revitalisasi pada 2012 untuk mendukung pelestarian.
Status Cagar Budaya: Lamin Mancong adalah satu-satunya rumah lamin di Kutai Barat yang memiliki dua lantai, menjadikannya unik dibandingkan lamin tradisional Dayak lainnya yang biasanya satu lantai. Statusnya sebagai cagar budaya menegaskan pentingnya sebagai warisan budaya nasional.
Karakteristik Arsitektur
Lamin Mancong adalah contoh arsitektur vernakuler Dayak yang dirancang untuk beradaptasi dengan lingkungan tropis dan rawa di sekitar Sungai Ohong dan Danau Jempang. Berikut detail arsitekturnya:
Struktur dan Ukuran:
![]() |
Tiang panggung Lamin Mancong Foto (IG @the.white.frames) |
![]() |
Teras depan Lamin Mancong Foto (IG @saidtunjung) |
Bahan Bangunan:
Struktur utama terbuat dari kayu ulin (kayu besi), yang tahan terhadap rayap, kelembapan, dan air. Namun, beberapa sumber menyebutkan bahwa lamin saat ini tidak sepenuhnya menggunakan kayu ulin karena keterbatasan sumber daya.
![]() |
Bangunan Lamin Mancong Foto (IG @heffrendimaekal) |
Atap terbuat dari daun rumbia, nipah, atau sirap kayu ulin, dengan desain pelana yang curam untuk mengalirkan air hujan.
Dinding menggunakan kulit kayu atau anyaman daun nipah untuk sirkulasi udara yang baik.
Ornamen dan Dekorasi:
![]() |
Patung ukiran kayu di Lamin Mancong Foto (IG @jelajahi.kubar) |
Patung ini melambangkan jumlah kerbau yang disembelih dalam ritual Kwangkai, upacara penghormatan kepada leluhur. Tengkorak kerbau di dalam lamin menjadi bukti ritual ini.
Ukiran: Lamin Mancong memiliki ukiran sederhana dengan motif primitif, seperti bentuk manusia, hewan, atau pola geometris.
Berbeda dengan Suku Dayak Kenyah yang kaya ragam hias, Dayak Benuaq cenderung menggunakan ornamen minimalis tanpa warna, menonjolkan tekstur kayu alami.
Makna Simbolis: Patung dan ukiran memiliki nilai spiritual, seperti menolak roh jahat atau menandakan status sosial. Misalnya, patung di halaman depan juga berfungsi sebagai penanda
Apa itu Blontakng?
Blontakng ialah sebuah patung pahatan yang di ukir dengan bermacam macam motif dan bentuk dari batang kayu khas Kalimantan yaitu kayu Ulin atau besi
![]() |
Blontakng di Lamin Mancong Foto (Gandung Adi Wibowo) |
Khusus masyarakat Dayak Benuaq dan Dayak Tunjung, patung Blontakng digunakan ketika melaksanakan ritual Adat Kuangkay yaitu ritual pengangkatan Kelulungan bagi keluarga yang sudah lama meninggal yang pada puncak ritual Adat Kuangkay di sebut Pekateq Krewau yaitu mengorbankan kerbau yang di ikat pada patung Blontakng ini
Patung Blontakng ini juga digunakan saat ritual Adat Beliatn yaitu ritual penyembuhan penyakit bagi suku Dayak Benuaq dan Dayak Tunjung yang di pimpin oleh Pemeliatn (perantara alam roh)
Terdapat beberapa perbedaan patung Blontakng untuk Kuangkay dan Beliatn yaitu dari Getak Slampit (lekukan untuk mengikat kerbau dengan rotan) serta beberapa aksesori yang di pakai ketika Ritual Kuangkay atau Beliatn yang di tuangkan dalam patung
Jika anda mengunjungi Lamin Mancong tepat di depan Lamin anda akan melihat puluhan Blontakng yang telah di tancapkan berbaris dengan berbagi motif dan bentuk menggambarkan orang yang bersangkutan terhadap ritual ataupun hewan dll
Fungsi Sosial dan Budaya:
![]() |
Gadis Dayak Cantik di Lamin Mancong Foto (@info_kubar) |
Saat ini, lamin tidak lagi ditinggali secara permanen, tetapi digunakan untuk upacara adat, musyawarah, dan destinasi wisata. Upacara seperti Belian (pengobatan tradisional), Kwangkai (penghormatan leluhur), dan Berinuk (musyawarah) sering diadakan di sini.
Lamin juga menjadi pusat kegiatan budaya, seperti Festival Tariu Borneo Bengkule Rajakng (TBBR) dan pameran seni adat Dayak, yang diadakan pada Juli 2022.
Tradisi penyambutan tamu dengan tarian adat, seperti Tari Gantar, Belian Sentiu, dan Mengkopeh, sering ditampilkan untuk wisatawan, memperkaya pengalaman budaya.
Lamin Mancong menjadi simbol harmoni sosial di Kampung Mancong, di mana masyarakat adat dan non-adat hidup berdampingan dengan baik.
Daya Tarik Wisata:
![]() |
Cewek dayak cantik di Lamin Mancong Foto (IG @gadisdayak92) |
Pengalaman Budaya: Wisatawan dapat menyaksikan upacara adat, berinteraksi dengan warga lokal, dan belajar tentang tradisi seperti kerajinan tangan (misalnya, tenun ulap doyo) dan budidaya tanaman doyo atau padi gunung.
Keindahan Alam: Lokasi lamin yang dikelilingi hutan tropis, Sungai Ohong, dan dekat Danau Jempang memberikan suasana asri dan damai, ideal untuk fotografi dan relaksasi.
Akses Sejarah: Cerita tentang Temenggung Bank dan hubungan dengan Kerajaan Kutai menambah nilai sejarah, menarik bagi wisatawan yang ingin memahami dinamika budaya masa lalu.
Aksesibilitas:
Google Map Lamin Mancong
Alamat dan nomor telepon Lamin Mancong
Jalur Darat: Dari Samarinda, perjalanan memakan waktu sekitar 5 jam (sekitar 200 km) melalui jalan Trans Kaltim, melewati Tenggarong dan Muara Muntai. Dari Sendawar (ibu kota Kutai Barat), waktu tempuh sekitar 3 jam. Jalan sebagian besar beraspal, tetapi beberapa ruas di pedesaan mungkin kurang mulus.
Jalur Sungai: Dari Samarinda atau Tenggarong, wisatawan dapat menyusuri Sungai Mahakam hingga Muara Muntai, lalu melanjutkan dengan perahu ketinting melalui Danau Jempang ke Tanjung Isuy (sekitar 1 hari). Dari Tanjung Isuy, Kampung Mancong berjarak 15-20 menit via jalur darat.
Fasilitas Pendukung: Bandara terdekat adalah Bandara Melalan (Kutai Barat) atau Bandara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto (Samarinda). Pelabuhan penumpang ada di Muara Muntai atau Tanjung Isuy.
Sedangkan dari Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman atau pusat kota Balikpapan menuju Lamin Mancong sekitar 217 Km atau sekitar 6 jam 22 menit berkendara melalui jalur terdekat jalan karingau
Fasilitas Wisata:
![]() |
Gadis Cantik Dayak di Lamin Mancong Foto (@info_kubar) |
Makanan: Warung lokal di sekitar kampung menyediakan kuliner berbasis ikan segar dari Sungai Ohong atau Danau Jempang, seperti ikan bakar atau pepes. Wisatawan disarankan membawa makanan ringan tambahan.
Pemandu: Pemandu lokal, seperti Yohana Pang (keturunan pendiri lamin), dapat dihubungi untuk tur sejarah atau budaya. Dinas Pariwisata Kutai Barat juga menyediakan informasi.
Keterbatasan: Minimarket, ATM, dan pom bensin terbatas, dengan fasilitas terdekat di Muara Muntai atau Sendawar. Wisatawan perlu membawa uang tunai dan kebutuhan pribadi.
Tantangan dan Potensi:
Tantangan:
- Infrastruktur wisata masih sederhana, dengan akses jalan dan fasilitas yang terbatas, terutama di musim hujan.
- Keterbatasan anggaran dan sarana prasarana menghambat pengembangan kampung adat Mancong sebagai destinasi wisata utama.
- Jumlah pengunjung menurun selama pandemi COVID-19, dan promosi belum kembali ke tingkat sebelum krisis 1998, ketika lamin sering dikunjungi turis asing dari Belanda, Jepang, atau Spanyol.
- Pelestarian budaya, seperti kerajinan ulap doyo, menghadapi tantangan karena jumlah pengrajin yang semakin sedikit.
Potensi:
- Lamin Mancong memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata budaya dan ekowisata, terutama jika dikombinasikan dengan Danau Jempang dan Tanjung Isuy.
- Konsep smart city yang digagas Pemerintah Kutai Barat dapat meningkatkan promosi dan infrastruktur, menarik lebih banyak wisatawan lokal dan mancanegara.
- Harmoni sosial dan kekayaan tradisi di Kampung Mancong, seperti budidaya tanaman doyo dan padi gunung, dapat menjadi daya tarik ekowisata dan edukasi.
- Acara seperti Festival TBBR dan pameran seni adat dapat diperluas untuk meningkatkan eksposur regional dan nasional.
Tips untuk Wisatawan:
Waktu Terbaik: Kunjungi pada musim kemarau (Mei-Oktober) untuk akses yang lebih mudah dan cuaca yang mendukung. Acara budaya seperti Festival TBBR (biasanya Juli-Agustus) menambah pengalaman.
Persiapan:
- Bawa pakaian nyaman, topi, tabir surya, dan obat nyamuk karena area sekitar lamin banyak nyamuk.
- Siapkan uang tunai dalam pecahan kecil untuk biaya tur, makanan, atau suvenir, karena transaksi digital terbatas.
- Bawa kamera atau teropong untuk fotografi patung, ukiran, atau pemandangan Sungai Ohong.
Etika:
- Hormati tradisi lokal dengan meminta izin sebelum memotret warga, upacara adat, atau bagian dalam lamin.
- Jaga kebersihan dan hindari merusak patung atau struktur lamin.
Kesimpulan:
Lamin Mancong adalah permata budaya di Kutai Barat yang menawarkan pengalaman wisata budaya dan sejarah yang autentik.
Dengan arsitektur dua lantai yang unik, patung-patung ritual, dan peran sebagai pusat upacara adat, lamin ini mencerminkan kekayaan tradisi Suku Dayak Benuaq.
Meskipun menghadapi tantangan infrastruktur dan promosi, potensinya sebagai destinasi ekowisata dan budaya sangat besar, terutama dengan dukungan pemerintah dan komunitas lokal.
Kombinasi Lamin Mancong dengan Danau Jempang menciptakan paket wisata yang lengkap, menggabungkan alam, budaya, dan sejarah.
Posting Komentar untuk "Review Lamin Mancong, Wisata Budaya Kutai Barat, Kalimantan Timur"