Pancurajipost.com - Lamin Tumenggung Marta adalah salah satu rumah adat tradisional Suku Dayak Benuaq yang terletak di Kampung Tanjung Isuy, Kecamatan Jempang, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur.
Rumah ini bukan hanya sekadar bangunan tempat tinggal, tetapi juga merupakan pusat kegiatan budaya, sosial, dan wisata yang mencerminkan kearifan lokal masyarakat Dayak Benuaq.
![]() |
Lamin Tumenggung Marta Tanjung Isuy, Kutai Barat Foto (IG @info_tanjungisuy) |
Berikut adalah penjelasan mendetail tentang Lamin Tumenggung Marta :
Latar Belakang dan Sejarah
Nama dan Makna: Nama "Lamin Tumenggung Marta" merujuk pada rumah panjang (lamin) yang dikaitkan dengan gelar "Tumenggung Marta," seorang tokoh adat atau pemimpin masyarakat Dayak Benuaq di Tanjung Isuy.
Kata "lamin" sendiri berarti rumah panjang dalam bahasa Dayak, yang dirancang untuk menampung beberapa keluarga dalam satu komunitas.
Pemugaran dan Peresmian: Lamin Tumenggung Marta telah mengalami pemugaran untuk melestarikan nilai budayanya. Pada 7 Mei 2014, Wakil Gubernur Kalimantan Timur HM Mukmin Faisyal meresmikan Lamin Tumenggung Marta yang baru selesai dipugar, menegaskan komitmen Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur untuk melestarikan situs budaya.
Pemugaran ini didukung oleh bantuan keuangan dari pemerintah provinsi, menjadikan lamin ini sebagai salah satu situs warisan budaya penting di Tanjung Isuy.
Konteks Budaya: Lamin ini merupakan salah satu dari tiga rumah lamin di Tanjung Isuy, bersama dengan Lamin Batuq Bura dan Lamin Taman Jamrud.
Ketiganya menjadi simbol kebersamaan masyarakat Dayak Benuaq, di mana rumah lamin dihuni secara berkelompok dengan nilai-nilai gotong royong yang kuat, terutama saat upacara adat.
Karakteristik Arsitektur
Bentuk dan Struktur:
Rumah Panggung: Lamin Tumenggung Marta dibangun sebagai rumah panggung dengan ketinggian sekitar 3 meter dari permukaan tanah. Struktur ini melindungi penghuni dari banjir, hewan buas, dan kelembapan tanah gambut yang umum di wilayah Kutai Barat.
Panjang dan Luas: Seperti rumah lamin pada umumnya, bangunan ini memanjang, dengan panjang 180 meter dan lebar 24 meter. Lamin Tumenggung Marta dirancang untuk menampung 20-30 kepala keluarga atau sekitar 100 orang, mencerminkan sifat komunal masyarakat Dayak.
Bahan Bangunan:
Kayu Ulin: Struktur utama, tiang penyangga, dan lantai terbuat dari kayu ulin, yang dikenal kuat dan tahan lama, terutama terhadap air. Kayu ini semakin keras saat terkena air, cocok untuk lingkungan rawa.
Atap: Atap pelana terbuat dari sirap kayu ulin, daun nipah, atau ijuk, dengan kemiringan curam untuk mengalirkan air hujan dengan cepat dan mengurangi panas. Atap membujur dari timur ke barat untuk mengantisipasi radiasi matahari.
Dinding: Dinding terbuat dari kulit kayu atau anyaman daun nipah, yang berpori untuk sirkulasi udara yang baik, menjaga rumah tetap sejuk di iklim tropis.
Ukiran dan Dekorasi:
Lamin Tumenggung Marta dihiasi dengan ukiran khas Dayak, seperti motif salur pakis, kepala manusia, atau hewan (misalnya naga atau burung enggang).
Ukiran ini tidak hanya estetis tetapi juga memiliki makna simbolis, seperti melambangkan kekayaan, keabadian, kesucian, atau perlindungan dari roh jahat.
Warna-warna pada dekorasi memiliki makna khusus: kuning (kekayaan dan keagungan), merah (keabadian), putih (kesucian dan kesederhanaan), dan hitam (penolak bala).
Di bagian atap atau depan lamin, sering terdapat patung blonthang, yang berfungsi sebagai penolak roh jahat dan penanda status sosial.
Ruangan dan Fungsi:
Ruang Depan: Digunakan untuk menerima tamu dan mengadakan upacara adat, seperti tarian penyambutan atau rapat komunal. Ruang ini biasanya luas dan terbuka.
Ruang Tengah: Terdiri dari bilik-bilik pribadi untuk setiap keluarga, termasuk kamar tidur dan ruang keluarga kecil. Setiap kepala keluarga memiliki bilik sendiri.
Ruang Belakang: Berfungsi sebagai dapur dan tempat menyimpan peralatan rumah tangga. Setiap keluarga memiliki dapur sendiri.
Kolong Rumah: Bagian bawah rumah panggung digunakan untuk beternak (seperti babi atau anjing) atau menyimpan alat-alat pertanian dan perikanan.
Lamin memiliki tiang penyangga inti untuk atap dan tiang penyangga lantai, yang dirancang untuk menjaga stabilitas bangunan di tanah gambut.
Pembangunan Lamin : Dalam pembangunan awal, Lamin Tumenggung Marta mendapat bantuan dari masyarakat setempat berupa bantuan/sumbangan. Proses pembangunan lamin ini juga bisa dikatakan tradisional karena hanya menggunakan parang dan kapak beliung kuno.
Fungsi dan Peran Budaya
![]() |
Upacara Adat Lamin Tumenggung Marta Tanjung Foto ( |
Pusat Upacara Adat:
Lamin ini menjadi lokasi berbagai upacara adat, seperti:
Beliatn: Ritual pengobatan tradisional untuk menyembuhkan orang sakit, yang melibatkan pantun dan tarian.
Kwangkai: Upacara kematian untuk menghormati orang yang meninggal, dengan tradisi berbalas pantun.
Upacara-upacara ini melibatkan seluruh penghuni lamin, mencerminkan nilai kebersamaan dan gotong royong.
Destinasi Wisata Budaya:
Lamin Tumenggung Marta menjadi daya tarik utama wisata budaya di Tanjung Isuy. Wisatawan dapat menginap di lamin ini untuk merasakan kehidupan masyarakat Dayak Benuaq.
Selama Festival Tanjung Isuy (FTI), yang diadakan setiap tahun (misalnya pada 3-5 Agustus 2022 dan 18-20 Agustus 2023), lamin ini menjadi pusat kegiatan, seperti pameran seni, tarian adat, dan lomba olahraga tradisional.
Festival ini diinisiasi oleh Komunitas Tiaq Egah Adat Raden Tumenggung Marta dan didukung oleh Dinas Pariwisata Kutai Barat.
Tarian penyambutan khas Dayak Benuaq, diiringi alat musik seperti gong, gendang, dan suling, sering ditampilkan di lamin untuk menyambut tamu, memberikan pengalaman budaya yang autentik.
Pusat Kerajinan dan UMKM:
![]() |
Kerajinan tenun Lamin Tumenggung Marta Tanjung Foto (Hana Zavira) |
Lamin Tumenggung Marta difungsikan sebagai pusat pembinaan kerajinan kreatif, khususnya ulap doyo, kain tenun tradisional dari serat daun doyo yang kuat. Pengrajin ulap doyo di Tanjung Isuy didorong untuk meningkatkan kualitas dan jumlah produksi melalui program UMKM yang didukung Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.
Pada peresmian lamin pada 2014, Wagub Mukmin Faisyal juga membuka pelatihan kewirausahaan untuk komoditas ulap doyo, menegaskan peran lamin sebagai wadah pengembangan ekonomi berbasis budaya.
Simbol Identitas Budaya:
Lamin ini mencerminkan identitas Suku Dayak Benuaq, yang hidup rukun berdampingan dengan suku lain seperti Dayak Tunjung, Bugis, Banjar, dan Jawa di Tanjung Isuy.
Keberadaan lamin menunjukkan kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam, seperti kayu ulin dan daun nipah, secara berkelanjutan.
Kegiatan dan Acara di Lamin Tumenggung Marta
![]() |
Adat Budaya Lamin Tumenggung Marta Foto (IG @mayangbura) |
Penyambutan Tamu: Wisatawan yang berkunjung sering disambut dengan tarian adat Dayak Benuaq di lamin, yang diatur oleh petugas pariwisata setempat. Ini memberikan pengalaman budaya yang mendalam, terutama bagi turis mancanegara.
Pameran Kerajinan: Lamin ini menjadi tempat pameran ulap doyo dan kerajinan lain, seperti ukiran kayu bermotif naga, yang menjadi cinderamata populer.
Upacara Adat: Selain beliatn dan kwangkai, lamin juga digunakan untuk acara pernikahan, kelahiran, atau ritual lain yang melibatkan komunitas.
Akses dan Fasilitas
Google Map Lamin Tumenggung Marta
Alamat dan nomor telepon Lamin Tumenggung Marta
- Alamat Lamin Tumenggung Marta : Jl. Taman Siswa, Tj. Isuy, Kec. Jempang, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur
- Kodepost Lamin Tumenggung Marta : 75773
- Nomor telepon Lamin Tumenggung Marta : (0545) 4046757 (Dinas Pariwisata Kab. Kutai Barat)
Lokasi dan Akses:
Lamin Tumenggung Marta terletak di Kampung Tanjung Isuy, dekat Danau Jempang, yang dapat diakses melalui jalur darat atau air:
Jalur Darat: Dari Samarinda, perjalanan memakan waktu sekitar 5-7 jam (213 km) melalui bus jurusan Samarinda-Tanjung Isuy dari Terminal Sungai Kunjang, melewati Tenggarong, Kota Bangun, dan Muara Muntai. Dari Balikpapan, waktu tempuh sekitar 8-9 jam.
Jalur Air: Naik perahu ketinting atau speedboat dari Dermaga Sungai Kunjang, Samarinda, ke Tanjung Isuy, memakan waktu sekitar satu hari (100 km).
Bandara terdekat adalah Bandara Melalan (Kutai Barat) atau Bandara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto (Samarinda). Pelabuhan penumpang terdekat ada di Tanjung Isuy.
Dari Bandara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto (Samarinda) menuju ke Lamin Tumenggung Marta berjarak sekitar 253 Km atau sekitar 6 Jam perjalanan menggunakan kendaraan roda dua dan empat.
Sedangkan dari Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman atau pusat kota Balikpapan sekitar 220 Km atau sekitar 6 jam 33 menit berkendara.
Dari Tanjung Isuy, lamin dapat dicapai dengan berjalan kaki atau kendaraan lokal, karena berada di pusat kampung.
Fasilitas:
Penginapan: Lamin Tumenggung Marta difungsikan sebagai penginapan untuk wisatawan, menawarkan pengalaman tinggal di rumah adat. Fasilitasnya sederhana, dengan kasur, kamar mandi bersama, dan listrik terbatas.
Fasilitas Pendukung: Warung makan di sekitar Tanjung Isuy menyediakan kuliner lokal, seperti ikan bakar atau pepes dari Danau Jempang. Namun, ATM, minimarket, dan pom bensin terbatas, dengan fasilitas terdekat di Muara Muntai atau Kota Bangun.
Pemandu Wisata: Wisatawan dapat menghubungi petugas pariwisata atau Komunitas Tiaq Egah Adat Raden Tumenggung Marta untuk mengatur tur budaya, tarian adat, atau pameran kerajinan.
Tantangan dan Potensi
Tantangan:
Infrastruktur di Tanjung Isuy masih sederhana, dengan akses jalan yang belum sepenuhnya mulus dan fasilitas wisata yang terbatas.
Jumlah pengrajin ulap doyo semakin berkurang, sehingga perlu pelatihan dan promosi lebih lanjut untuk melestarikan kerajinan ini.
Promosi wisata budaya di Lamin Tumenggung Marta belum seintens destinasi lain seperti Kepulauan Derawan, sehingga jumlah wisatawan masih terbatas dibandingkan era sebelum krisis 1998.
Potensi:
Lamin Tumenggung Marta memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata budaya, terutama dengan Festival Tanjung Isuy yang semakin dikenal secara regional.
Kombinasi dengan wisata alam Danau Jempang menciptakan paket wisata yang lengkap, menggabungkan budaya, alam, dan kuliner lokal.
Dukungan pemerintah untuk UMKM dan pelestarian budaya, seperti pelatihan ulap doyo, dapat meningkatkan ekonomi lokal dan menarik lebih banyak wisatawan.
Tips untuk Wisatawan
Waktu Terbaik: Kunjungi saat Festival Tanjung Isuy (biasanya Agustus) untuk melihat pameran budaya dan tarian adat di Lamin Tumenggung Marta. Musim kemarau (Mei-Oktober) ideal untuk akses yang lebih mudah.
Persiapan:
- Bawa pakaian nyaman, topi, tabir surya, dan obat nyamuk, karena area sekitar lamin banyak nyamuk, terutama malam hari.
- Siapkan uang tunai untuk biaya penginapan, tur, atau suvenir, karena transaksi digital terbatas.
- Bawa kamera untuk mendokumentasikan ukiran, tarian, atau arsitektur lamin.
Etika:
- Hormati tradisi lokal dengan meminta izin sebelum memotret warga, upacara adat, atau bagian dalam lamin.
- Jika menginap, patuhi aturan komunal, seperti menjaga kebersihan dan ketenangan.
Kesimpulan
Lamin Tumenggung Marta adalah simbol budaya Suku Dayak Benuaq di Tanjung Isuy, yang tidak hanya berfungsi sebagai rumah panjang komunal tetapi juga sebagai pusat wisata budaya, upacara adat, dan pengembangan kerajinan seperti ulap doyo.
Dengan arsitektur khas, ukiran simbolis, dan peran penting dalam Festival Tanjung Isuy, lamin ini menawarkan pengalaman autentik bagi wisatawan yang ingin memahami kearifan lokal Kalimantan Timur.
Meskipun menghadapi tantangan infrastruktur, lamin ini memiliki potensi besar untuk menjadi destinasi wisata budaya unggulan, terutama jika dipromosikan bersama Danau Jempang.
Posting Komentar untuk "Review Lamin Tumenggung Marta Tanjung Isuy, Kutai Barat, Kalimantan Timur"