Tugu Ali Anyang, Monumen Perjuangan Tokoh Dayak di Kalimantan Barat

Pacurajipost.com - Tugu Ali Anyang adalah sebuah monumen di bundaran pertigaan jalan raya  trans Kalimantan yang merupakan salah satu Icon  dan sebagai simbol Perjuangan Masyarakat Kalimantan Barat dalam menghadapi era kolonial Belanda sebelum kemerdekaan Indonesia.

Tugu Ali Anyang tidak banyak orang yang tahu betapa pentingnya nilai-nilai, simbol yang ada di Tugu Ali Anyang ini. Tugu ini berdiri Patung Ali Anyang yang merupakan salah satu tokoh penting dalam mengusir penjajah di Indonesia khususnya di kawasan Kalimantan Barat.

Masyarakat Sintang, Sekadau,Sanggau dan yang lainnya jika menuju ke Pontianak pasti selalu melihat sekilas Tugu Ali Anyang ini. Dengan membaca sedikit asal muasal sejarah di Tugu Ali Anyang yang saya uraikan dibawah ini, semoga menjadi penggerak, penyemangat kita bahwa, Kakek Nenek pendahulu kita adalah pejuang hebat, pejuang yang tanpa keluh kesah melakukan perjuangan sampai kita bisa hidup enak sekarang ini.

Tugu Ali Anyang, Monumen Perjuangan Tokoh Dayak di Kalimantan Barat Foto
Tugu Ali Anyang, Monumen Perjuangan Tokoh Dayak di Kalimantan Barat 

Pendahulu kita orang hebat, kita pasti bisa hebat seperti pendahulu kita: 

  • Yang masih pada kuliah bersemangatlah berjuang dengan keringat sampai mendapatkan nilai Cum laude. Tinggalkan bermain dan duduk santai, dalami keahlian diluar pelajaran kampus agar kelak lulus bisa langsung bekerja baik di pemerintahan, swarta atau menjadi wirausaha.
  •  Yang sedang merintis usaha percayalah, pendahulu anda orang hebat, anda pasti bisa menjadi pengusaha sukses.

Alamat Tugu Ali Anyang

Tugu Ali Anyang beralamatkan di Jl. Lintas Kalimantan Desa Sungai Ambawang Kuala, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.

Kodepost Tugu Ali Anyang :  78241

No telpon Tugu Ali Anyang : 089633282334 (Desa Desa Sungai Ambawang Kuala)

Google Map Tugu Ali Anyang

Jalur Transportasi menuju Tugu Ali Anyang

Geser gambar untuk menilaht seluruh simpang Tugu Ali Anyang

Dari Kota Kubu Raya atau Taman Dirgantara Lanud Supadio Kubu Raya ke Tugu Ali Anyang sekitar 15.6 Km atau sekitar 32 menit, melalui jl. adi sucipto belok kanan ke jalan major alianyang.

Sedangkan dari Pondok Kute atau Jembatan Kapuas 2 ke Tugu Ali Anyang dengan jarak sekitar 5 Km atau sekitar 10 menit berkendara.

Dari Wisata Kampung Kencana ke Tugu Ali Anyang dengan jarak sekitar 4 Km atau sekitar 9 menit berkendara.

Sedangkan dari Moll Transmart Kubu Raya ke Tugu Ali Anyang dengan jarak sekitar 7.5 Km atau sekitar 17 menit berkendara jika tidak macet.

Apa yang menarik di Tugu Ali Anyang

Taman dan Monumen

Tugu Ali Anyang, Monumen Ali Anyang Foto
Tugu Ali Anyang, Monumen Ali Anyang Foto (Rendi Kkr)
Tugu Ali Anyang berdiri patung pejuang kemerdekaan Indonesia, Ali Anyang dan disekitarnya dibangun mini taman yang ditumbuhi pepohonan,  bunga-bunga, rerumputan yang tertata rapi serta jaln trotoar dan tangga tangga pendek.

Pengunjung bisa duduk santai disekitar tugu sambil mengingat perjuangan tokoh pahlawan Ali Anyang.

Namun, Kawasan ini merupakan jalur cepat persimpangan tiga, anda harus berhati hati, lihat kanan kiri sebelum menyeberang ke Tugu Ali Anyang.

Tidak direkomendasikan untuk tempat bersantai karena resiko menyeberang yang selalu dipadati mobil mobil lewat berkecepatan tinggi.

Sejarah Singkat Pahlawan Ali Anyang

 Ali Anyang adalah seorang pejuang Dayak yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda. 

Ali Anyang adalahlahir pada tanggal 20 Oktober tahun 1920 di desa Nanga Manantak yang merupakan pemukiman mayoritas masyarakat Dayak (Ambalau, Sintang), Kalimantan Barat. Ali Anyang lahir dari orang tua bernama Lakak (ayahnya) dan Liang (ibunya).

Tokoh Pejuang Kalimantan Barat, Ali Anyang Foto
Tokoh Pejuang Kalimantan Barat, Ali Anyang

Nama aslinya adalah Anjang, Pada umur 8 tahun diadopsi oleh keluarga bangsawan asal Jawa yaitu Raden Mas Suadi Djoyomihardjo yang telah bermukim di Kalimantan Barat.

Sekolah Ali Anyang merupakan sekolah bangsa elit dikhususkan untuk anak-anak dari keturunan bangsawan, pejabat serta pemerintah kolonial Belanda. Walaupun Ali Anyang anak angkat,tapi keluarga Raden Mas Suadi Djoyomihardjo sangat menyayangi Ali Anyang.

 Keluarga Raden Mas Suadi Djoyomihardjo adalah beragama Islam yang taat. Anjang waktu itu belum Memeluk Islam, ketika Anjang diadopsi barulah Anjang memeluk agama islam dan dieri nama baru menjadi Mohammad Ali Anjang.

Cita cita dan Pendidikan Ali Anyang

Setelah beranjak remaja selevel SMA, Ali Anyang memiliki cita-cita menjadi petugas medis. Ali Anyang berhati penyayang, mempunyai kepedulian sosial tinggi dan suka membantu orang sakit yang sulit mendapatkan pertolongan medis. 

Sehingga Ali Anyang mengutarakan keinginannya kepada ayah angkatnya untuk menjadi penolong medis. Raden Mas Suadi Djoyomihardjo pun sangat setuju dengan cita cita Ali Anyang

Kemudian, Oleh Ayah Angkatnya, Ali Anyang dikirim ke Semarang untuk bersekolah di jurusan  perawat Medis di Semarang, Jawa Tengah. 

Ali Anyang mengenyam pendidikan di Holland Inlandsche School (HIS),sebuah Sekolah elit Belanda untuk penduduk asli Indonesia.

Sekolah ini juga merupakan sekolah elit untuk anak bangsawan dan anak dari pemerintah Belanda yang boleh mengenyam pendidikan di situ.

Pekerjaan Ali Anyang

Setelah menempuh pendidikan di Holland Inlandsche School (HIS) jurusan perawat, Ali Anyang kemudian bekerja di Rumah sakit Umum Semarang sebagai perawat medis. 

Setelah itu Ali Anyang pindah kerja ke kampung halalaman di Pontianak dan bekerja di sempat bekerja di Rumah Sakit Umum Sui Jawi, Pontianak. 

Inilah awal keinginan perjuangan Ali Anyang  untuk melawan belanda ketika masa bekerja sebagai perawat medis di Pontianak.

Perjuangan Ali Anyang

Ali Anyang sangat aktif di PRRI. PRRI kepanjangan dari Panitia Penyongsong Republik Indonesia.  

PRRI adalah organisasi yang didirikan para pemuda seluruh Indonesia untuk menyambut serta menjaga kemerdekaan Republik Indonesia. Dan Ali Anyang tercatat sebagai pembentuk dan pengurus PPRI cabang Pontianak.

Tahun 1945

Bersama Pasukan PRRI Pontianak, Ali Anyang menggempur markas dan gudang peluru Belanda tepatnya pada tanggal 12 November 1945. 

Semangat berapi api Ali Anyang menyala saat tahu pasukan militer Australia tiba di Pontianak yang diboncengi NICA pada tanggal 29 September 1945 yang mengambilalih kekuasaan di Kalimantan Barat. Pemerintah Belanda dan sekutunya telah mengkhianati kemerdekaan Indonesia yang telah diproklamirkan.

Komandan Pasukan Barisan Pemberontak Republik Indonesia (BPRI)

profesi sebagai perawat berubah menjadi salah satu tokoh pejuang Indonesia, Ali Anyang , pejuang hebat dan pantang menyerah. Semangat tempur semakin bertambah ketika Ali Anyang diangkat sebagai Komandan Pasukan Barisan Pemberontak Republik Indonesia (BPRI) cabang Kalimantan Barat yang  Selanjutnya Ali Anyang mendirikan pasukan baru bernama BPI atau Barisan Pemberontak Indonesia di Kalimantan Barat.

Tugas BPI di di Pontianak ialah  melakukan penaklukan dan serangan ke tentara Belanda dan sekutunya di wilayah Bengkayang,Pontianak, Mempawah, Singkawang, dan Sambas. 

Tahun 1946

Saat pertempuran di Bengkayang, Ali Anyang beserta pasukannya berhasil mengejutkan tentara Belanda karena menyerang markas belanda secara mendadak. 

Sebuah Markas tentara Belanda dan sekutu di Bengkayang luluh lantak oleh serangan Ali Anyang. Hebatnya lagi, Ali Anyang bisa mengibarkan bendera Merah Putih di seluruh Bengkayang dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. 

Penaklukan Kota Bengkayang oleh Pahlawan Ali Anyang tidak berlangsung lama, Belanda mengirimkan pasukan dari Singkawang  untuk menaklukan lagi Kota Bengkayang pada tanggal 9 Oktober 1946, pasukan Belandapun berhasil merebut kembali Kota Bengkayang.

Tahun 1949

Akibat dari keberhasilan Ali Anyang menyerang Markas Belanda di Bengkayang, Kemudian, Pasukan Belanda mengeluarkan sayembara yang bunyinya siapa saja yang berhasil menemukan Ali Anyang akan mendapat hadiah 25.000 gulden. 

Saat sayembara dan masa pengejaran itu, Ali Anyang tetap gigih berjuang melakukan perlawanan. Dibuktikan dengan peristiwa penyerbuan tangsi Militer Belanda di Sambas pada tanggal 10 Januari 1949.

Ali Anyang terdesak, bersama pasukannya mundur ke hutan-hutan, Namun pasukan Belanda terus memburu Ali Anyang dan pasukannya sampai terjadi beberapa kali pertempuran sengit antara kedua belah pihak diantaranya tanggal 18 Januari 1949 di kampung Acan di perbatasan Serawak dan tanggal 20 Maret 1949 di kampung Camar Bulan.

Belanda Mengakui Kedaulatan Republik Indonesia

Pertempuran demi pertempuran terus berlanjut antara Ali Anyang dan pasukannya melawan kolonial Belanda 

Pada tahun 1949 tepatnya pada tanggal 27 Desember 1949 Belanda akhirnya mengakui kedaulatan kemerdekaan Republik Indonesia. 

Setelah mendengar berita pengakuan Belanda itu, Ali Anyang memerintahkan seluruh anggota pasukannya agar bisa kembali ke kampung halaman mereka masing-masing.

Kehidupan Pribadi Ali Anyang

Pasca perang kemerdekaan, tepatnya pada tahun 1950 Ali Anyang memutuskan untuk menikah dan menyunting gadis asal Sambas bernama Siti Hajir. 

Hasil dari pernikahannya, Ali Anyang dan Siti Hajir melahirkan 8 anak yaitu :

  1. Sri Endang Ratna Juwita
  2. Ida Triwati
  3. Mohammad Armin Ali Anyang
  4. Rina Yulia
  5. Rita Nuriati
  6. Rini Nuraini
  7. Siti Wahyuni 
  8. dan Diah Purnama Wati

Sebagai seorang perawat, Ali Anyang dan keluarga kecilnya selalu berpidah pindah tempat diantaranya pernah bertugas di Cililitan, Ciawi, Indramayu, Banjarmasin dan kembali lagi ke Kalimantan Barat. 

Ali Anyang Wafat

Ali Anyang  semasa hidupnya pernah menduduki jabatan sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) II Kabupaten Sambas di yang dulu di Singkawang. 

Ketika mengemban sebagai Kerua DPRD itulah Ali Anyang Wafat pada 7 April 1970 dikarenakan sakit. dan Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Bambu Runcing, Singkawang.

Sehingga, untuk mengenang jasa-jasa Ali Anyang, dibangun monumen Ali Anyang di simpang tiga jalan Trans Kalimantan Km-5 Kubu Raya, Kalimantan Barat.

Pertanyaan yang sering diajukan di Tugu Ali Anyang

Apakah Tugu Ali Anyang tempat wisata?
Tugu Ali Anyang adalah area publik, monumen bersejarah Kalimantan Barat

Apakah ada MCK di Tugu Ali Anyang?
Tugu Ali Anyang bukan tempat wisata, sehingga tidak ada MCK, namun jika anda membutuhkan fasilitas MCK didaerah dekat monumen bisa ke warung warung terdekat di sekitar Tugu Ali Anyang sambil bersantai dan gopi ngopi.

Referensi : Indonesia.go.id, wikipedia Indonesia

YH Reporter
YH Reporter Saya adalah Seorang IT dan Penulis, Pernah Bekerja di Instansi Pemerintahan dan Swasta. Sumbangsih kepada Negara dengan mengangkat tulisan di Sektor Wisata sebagai 5 besar penggerak perekonomian Indonesia.

Posting Komentar untuk "Tugu Ali Anyang, Monumen Perjuangan Tokoh Dayak di Kalimantan Barat "