Review Lamin Batu Bura, rumah panjang tradisional Suku Dayak Benuaq

 Pancurajipost.com - Lamin Batu Bura (Lamin Batu Buraq) adalah salah satu rumah panjang tradisional Suku Dayak Benuaq yang terletak di Kampung Tanjung Isuy, Kecamatan Jempang, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. 

Sebagai bagian dari warisan budaya masyarakat Dayak, lamin ini memiliki nilai sejarah, budaya, dan arsitektur yang khas, serta berperan sebagai pusat kegiatan adat dan wisata budaya di wilayah tersebut.

Di Rumah Lamin Batu Bura ini tinggal keluarga penggarap komunitas kain Ulap Doyo yang merupakan hasil tangan-tangan kreatif warga Isuy.

Lamin Batu Bura,  Kutai Barat, Kalimantan Timur.Foto
 Lamin Batu Bura,  Kutai Barat, Kalimantan Timur.Foto (IG @tanjungisuydsm45)

Lamin Batu Buraq sebagai sentra kerajinan Tenun Doyo kain tenun khas Suku Dayak Benuaq yang dilengkapi dengan alat tenun tradisional berupa ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) yang masih di lestarikan dan kondisi alat masih bagus.

Yang paling unik dari arsitektur Lamin ini ialah ruangan dinding dalamnya masih terbuat dari kulit kayu, lantai nya dari rotan serta atap nya masih dari sirap.

Berikut adalah penjelasan mendetail berdasarkan konteks budaya Dayak Benuaq, arsitektur rumah lamin, dan peran lamin ini di Tanjung Isuy.

Alat tenun kuno di Lamin Batu Bura
Alat tenun kuno di Lamin Batu Bura Foto (innal rahman)

Sejarah dan Latar Belakang

Dayak Benuaq, nama lamin sering dikaitkan dengan tokoh adat, lokasi, atau elemen alam yang signifikan. Lamin Batu Bura disebutkan sebagai salah satu dari tiga rumah lamin utama di Tanjung Isuy, bersama Lamin Tumenggung Marta dan Lamin Taman Jamrud.

Konteks Budaya: Lamin Batu Bura dibangun oleh masyarakat Dayak Benuaq, yang merupakan suku mayoritas di Tanjung Isuy, meskipun kampung ini juga dihuni oleh suku lain seperti Dayak Tunjung, Bugis, Banjar, dan Jawa. 

Lamin ini mencerminkan tradisi komunal Dayak, di mana satu rumah panjang dapat menampung beberapa keluarga, memperkuat ikatan sosial dan gotong royong.

Sejarah Pembangunan: Tidak ada catatan pasti tentang tahun pembangunan Lamin Batu Bura, tetapi seperti lamin tradisional lainnya di Kalimantan Timur, lamin ini telah ada selama beberapa generasi, mungkin sejak awal abad ke-20 atau sebelumnya. 

Lamin ini telah mengalami pemugaran untuk menjaga struktur dan nilai budayanya, mirip dengan Lamin Tumenggung Marta yang dipugar pada 2014.

Karakteristik Arsitektur

Lamin Batu Bura, sebagai rumah lamin Dayak Benuaq, memiliki ciri arsitektur yang serupa dengan rumah panjang tradisional lainnya di Kalimantan Timur, dirancang untuk beradaptasi dengan lingkungan rawa dan iklim tropis di sekitar Danau Jempang

Berikut adalah detail arsitekturnya berdasarkan karakteristik umum rumah lamin dan konteks Tanjung Isuy:

Struktur dan Bentuk:

Rumah Panggung: Lamin Batu Bura dibangun sebagai rumah panggung dengan ketinggian sekitar 3 meter dari tanah untuk melindungi penghuni dari banjir, hewan buas, dan kelembapan tanah gambut. 

Struktur ini khas untuk wilayah Kutai Barat, yang memiliki tanah gambut dan sering dilanda banjir musiman.

Panjang dan Luas: Lamin ini berbentuk panjang, dengan panjang berkisar antara 100-300 meter, lebar 15-25 meter, dan tinggi sekitar 3 meter, sesuai dengan desain rumah lamin yang dapat menampung 25-30 kepala keluarga atau sekitar 100 orang.

Tiang Penyangga: Lamin memiliki dua jenis tiang penyangga: tiang inti untuk menyangga atap dan tiang tambahan untuk menopang lantai. Tiang-tiang ini terbuat dari kayu ulin, yang kuat dan tahan lama, bahkan semakin keras saat terkena air, ideal untuk lingkungan rawa.

Bahan Bangunan:

Kayu Ulin: Struktur utama, tiang, dan lantai menggunakan kayu ulin, yang tahan terhadap rayap, air, dan serangga, memungkinkan lamin bertahan selama puluhan hingga ratusan tahun.

Atap: Atap pelana terbuat dari sirap kayu ulin, daun nipah, atau ijuk, dengan kemiringan curam untuk mengalirkan air hujan dan mengurangi panas. Atap membujur dari timur ke barat untuk mengantisipasi radiasi matahari.

Dinding: Dinding terbuat dari kulit kayu atau anyaman daun nipah yang berpori, memastikan sirkulasi udara yang baik untuk menjaga rumah tetap sejuk di iklim tropis yang panas dan lembap.

Ruangan dan Fungsi:

Ruang Depan: Digunakan untuk menerima tamu, mengadakan upacara adat, atau musyawarah. Ruang ini luas dan terbuka untuk kegiatan komunal.

Ruang Tengah: Terdiri dari bilik-bilik pribadi untuk setiap keluarga, berfungsi sebagai kamar tidur dan ruang keluarga kecil. Setiap bilik memiliki pintu masuk sendiri.

Ruang Belakang: Berfungsi sebagai dapur bersama atau individu untuk setiap keluarga, serta tempat menyimpan peralatan rumah tangga.

Kolong Rumah: Bagian bawah rumah panggung digunakan untuk beternak (seperti babi atau anjing) atau menyimpan alat pertanian dan perikanan.

Fungsi dan Peran Budaya

Lamin Batu Bura memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Dayak Benuaq di Tanjung Isuy, mirip dengan lamin lain di wilayah tersebut. Berikut adalah fungsi utamanya:

Pusat Kehidupan Komunal:

Lamin Batu Bura awalnya berfungsi sebagai tempat tinggal komunal, menampung beberapa keluarga yang hidup bersama seperti sebuah desa dalam satu atap. Ini mencerminkan nilai kebersamaan dan gotong royong masyarakat Dayak.

Komunitas di dalam lamin biasanya terdiri dari kerabat dekat, dengan kepala adat tinggal di tengah bangunan untuk memimpin kegiatan sosial dan adat.

Pusat Upacara Adat:

Lamin ini digunakan untuk upacara adat seperti:

Belian: Ritual pengobatan tradisional untuk menyembuhkan penyakit melalui pantun dan tarian.

Kwangkai: Upacara penghormatan leluhur, yang melibatkan penyembelihan kerbau dan pemasangan patung ritual.

Berinuk: Musyawarah komunal untuk menyelesaikan masalah atau merencanakan kegiatan.

Upacara-upacara ini memperkuat identitas budaya dan spiritual masyarakat Dayak Benuaq.

Destinasi Wisata Budaya:

Lamin Batu Bura, bersama Lamin Tumenggung Marta dan Lamin Taman Jamrud, menjadi daya tarik wisata budaya di Tanjung Isuy, terutama selama Festival Tanjung Isuy (FTI), yang diadakan setiap tahun (misalnya pada 18-20 Agustus 2023). Festival ini menampilkan tarian adat, pameran kerajinan ulap doyo, dan lomba olahraga tradisional.

Wisatawan dapat menyaksikan tarian penyambutan khas Dayak Benuaq, seperti Tari Gantar atau Belian Sentiu, yang diiringi alat musik tradisional seperti gong, gendang, dan suling. Tarian ini sering diadakan di lamin untuk menyambut tamu.

Pusat Kerajinan dan Ekonomi Lokal:

Kerajinan tenun di Lamin Batu Bura
Kerajinan tenun di Lamin Batu Bura Foto (innal rahman)
Lamin Batu Bura berfungsi sebagai tempat pameran atau pembinaan kerajinan ulap doyo, kain tenun tradisional dari serat daun doyo yang kuat. Kerajinan ini menjadi cinderamata populer bagi wisatawan.

Kegiatan dan Acara

Festival Tanjung Isuy: Lamin Batu Bura menjadi salah satu lokasi kegiatan selama Festival Tanjung Isuy, yang diselenggarakan oleh Komunitas Tiaq Egah Adat Raden Tumenggung Marta.

 Acara ini mencakup pameran seni, tarian adat, dan lomba seperti balap perahu ketinting, yang menarik wisatawan lokal dan regional.

Tarian penyambutan tamu di Lamin Batu Bura
Tarian penyambutan tamu di Lamin Batu Bura Foto (Muhammad Khairul Akbar)

Penyambutan Tamu: Lamin ini sering digunakan untuk menyambut wisatawan dengan tarian adat, memberikan pengalaman budaya yang autentik. Pengaturan acara biasanya dilakukan melalui petugas pariwisata setempat.

Upacara Adat: Lamin Batu Bura menjadi tempat upacara seperti Belian atau Kwangkai, yang melibatkan komunitas dan memperkuat tradisi Dayak Benuaq.

Pameran Kerajinan: Wisatawan dapat melihat atau membeli ulap doyo dan ukiran kayu bermotif naga, yang dipamerkan di lamin atau kampung sekitar.

Jalur Akses dan Fasilitas

Google Map Lamin Batu Bura

Alamat dan nomor telepon Lamin Batu Bura

Alamat Lamin Batu Bura :  Kampung Tanjung Isuy, Kecamatan Jempang, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur

Kodepost Lamin Batu Bura : 75773

Nomor telepon Lamin Batu Bura : (0545) 4046757 (Dinas Pariwisata Kab. Kutai Barat)

Lokasi dan Akses:

Lamin Batu Bura terletak di Kampung Tanjung Isuy, dekat Danau Jempang atau jaraknya sekitar 2,1 KM.

Lamin Batu Bura dapat diakses melalui jalur darat atau air:

Jalur Darat: Dari Samarinda, perjalanan memakan waktu sekitar 5-7 jam (213 km) melalui bus jurusan Samarinda-Tanjung Isuy dari Terminal Sungai Kunjang, melewati Tenggarong, Kota Bangun, dan Muara Muntai. Dari Balikpapan, waktu tempuh sekitar 8-9 jam.

Jalur Air: Naik perahu ketinting atau speedboat dari Dermaga Sungai Kunjang, Samarinda, ke Tanjung Isuy, memakan waktu sekitar satu hari (100 km).

Bandara terdekat adalah Bandara Melalan (Kutai Barat) atau Bandara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto (Samarinda). Pelabuhan penumpang ada di Tanjung Isuy.

Dari pusat Tanjung Isuy, lamin dapat dicapai dengan berjalan kaki atau kendaraan lokal, karena berada di area kampung yang mudah diakses.

Fasilitas:

Penginapan: Lamin Batu Bura mungkin menawarkan penginapan sederhana untuk wisatawan, dengan fasilitas dasar seperti kasur, kamar mandi bersama, dan listrik terbatas.

Makanan: Warung di Tanjung Isuy menyediakan kuliner lokal, seperti ikan bakar atau pepes dari Danau Jempang. Wisatawan disarankan membawa makanan ringan tambahan.

Pemandu Wisata: Petugas pariwisata atau anggota Komunitas Tiaq Egah Adat Raden Tumenggung Marta dapat mengatur tur budaya, tarian adat, atau pameran kerajinan.

Keterbatasan: Fasilitas seperti ATM, minimarket, dan pom bensin terbatas, dengan lokasi terdekat di Muara Muntai atau Kota Bangun. Wisatawan perlu membawa uang tunai.

Tantangan dan Potensi

Tantangan:

Infrastruktur wisata di Tanjung Isuy masih sederhana, dengan akses jalan yang belum sepenuhnya mulus dan fasilitas terbatas, terutama di musim hujan.

Dokumentasi spesifik tentang Lamin Batu Bura terbatas, sehingga promosi dan eksposurnya lebih rendah dibandingkan lamin lain seperti Lamin Mancong.

Pelestarian budaya, seperti kerajinan ulap doyo, menghadapi tantangan karena jumlah pengrajin menurun, membutuhkan pelatihan dan dukungan lebih lanjut.

Aktivitas tambang batu bara di Kalimantan Timur, yang signifikan di Kutai Barat, dapat mengancam lingkungan dan keberlanjutan budaya Dayak jika tidak dikelola dengan baik.

Potensi:

Lamin Batu Bura memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata budaya, terutama jika dipromosikan bersama Lamin Tumenggung Marta dan Danau Jempang dalam paket wisata terpadu.

Festival Tanjung Isuy dapat menjadi platform untuk meningkatkan eksposur lamin, menarik wisatawan domestik dan internasional.

Dukungan pemerintah untuk UMKM, seperti pengembangan ulap doyo, dapat memperkuat ekonomi lokal dan menjadikan lamin sebagai pusat kerajinan.

Kombinasi wisata budaya dan alam (Danau Jempang) menawarkan pengalaman lengkap, dari tarian adat hingga eksplorasi ekosistem rawa.

Tips untuk Wisatawan

Waktu Terbaik: Kunjungi saat Festival Tanjung Isuy (biasanya Agustus) untuk menikmati tarian adat dan pameran budaya di Lamin Batu Bura. Musim kemarau (Mei-Oktober) ideal untuk akses yang lebih mudah dan cuaca yang mendukung.

Persiapan:

  1. Bawa pakaian nyaman, topi, tabir surya, dan obat nyamuk, karena area sekitar lamin banyak nyamuk, terutama malam hari.
  2. Siapkan uang tunai untuk biaya tur, penginapan, makanan, atau suvenir, karena transaksi digital terbatas.
  3. Bawa kamera untuk mendokumentasikan ukiran, patung, atau tarian adat.

Etika:

  • Hormati tradisi lokal dengan meminta izin sebelum memotret warga, upacara adat, atau bagian dalam lamin.
  • Jaga kebersihan dan hindari merusak struktur atau ornamen lamin.

Kesimpulan

Lamin Batu Bura adalah rumah panjang tradisional Suku Dayak Benuaq di Tanjung Isuy, Kalimantan Timur, yang mencerminkan kekayaan budaya, kebersamaan, dan kearifan lokal dalam arsitektur dan tradisi. 

Dengan struktur rumah panggung, bahan kayu ulin, dan ornamen simbolis seperti ukiran salur pakis atau patung ritual, lamin ini berfungsi sebagai pusat upacara adat, wisata budaya, dan pameran kerajinan ulap doyo. 


YH Reporter
YH Reporter Saya adalah Seorang IT dan Penulis, Pernah Bekerja di Instansi Pemerintahan dan Swasta. Sumbangsih kepada Negara dengan mengangkat tulisan di Sektor Wisata sebagai 5 besar penggerak perekonomian Indonesia.

Posting Komentar untuk "Review Lamin Batu Bura, rumah panjang tradisional Suku Dayak Benuaq"