Pancurajipost.com - Keraton Sambaliung, atau dikenal juga sebagai Istana Sambaliung, adalah salah satu peninggalan bersejarah dari Kesultanan Sambaliung di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
Berlokasi di tepi Sungai Kelay, Kecamatan Sambaliung, keraton ini merupakan bukti sejarah keberadaan kesultanan yang memiliki nilai budaya dan historis tinggi.
![]() |
Keraton Sambaliung, Istana Kesultanan di Berau Foto (Johan Wydiamarta Damping) |
Sejarah dan Latar Belakang
Pendiri dan Pembentukan
Kesultanan Sambaliung berdiri sekitar tahun 1810 sebagai hasil pemecahan Kesultanan Berau akibat politik adu domba (devide et impera) yang dilakukan oleh Belanda pada abad ke-19.
Sultan pertama Kesultanan Sambaliung adalah Sultan Alimuddin, yang lebih dikenal sebagai Raja Alam (memerintah 1810–1852).
Pemecahan ini menghasilkan dua kesultanan, yaitu Kesultanan Sambaliung dan Kesultanan Gunung Tabur. Riwayat Kesultanan Sambaliung berakhir pada tahun 1960 ketika wilayahnya digabungkan dengan Kesultanan Gunung Tabur menjadi Kabupaten Berau setelah kemerdekaan Indonesia.
Bangunan Keraton
Bangunan keraton yang ada saat ini diperkirakan berdiri sekitar tahun 1881, meskipun belum ada keterangan pasti mengenai pendirinya.
Keraton ini terakhir ditempati oleh Sultan ke-8, Muhammad Aminuddin (1902–1959). Setelah wafatnya Sultan Muhammad Aminuddin, keraton dialihfungsikan menjadi museum yang kini dikenal sebagai Museum Keraton Sambaliung.
Lokasi dan Aksesibilitas
Google Map Keraton Sambaliung
Alamat dan nomor telepon Keraton Sambaliung
- Alamat : Keraton Sambaliung, Jl. ST Aminuddin, Kelurahan Sambaliung, Kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur
- Kodepost Keraton Sambaliung: 77352
- Nomor telepon Keraton Sambaliung : -
Lokasi: Keraton Sambaliung terletak di Jalan ST Alimuddin, Kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau, di tepi Sungai Kelay.
Lokasinya sekitar 3 km dari pusat kota Tanjung Redeb, ibu kota Kabupaten Berau, atau sekitar 2,8 Km dari Taman Cendana dan Lapangan Bola Stadion Batiwakkal atau sekitar 7 menit berkendara melewati jembatan Sambaliung
Sedangkan dari Bandar Udara Kalimarau ke Keraton Sambaliung hanya berjarak sekitar 11,6 Km atau sekitar 25 menit berkendara.
Aksesibilitas: Pengunjung dapat mencapai keraton menggunakan mobil atau sepeda motor dari Tanjung Redeb.
Jalur darat sudah memadai, dan terdapat pula jalur sungai yang menambah pengalaman wisata. Di depan keraton, terdapat lintasan lari dengan pemandangan Sungai Kelay, menjadikannya tempat yang cocok untuk kunjungan pagi.
Biaya Masuk: Tiket masuk ke Keraton Sambaliung gratis, dan donasi sukarela mungkin dihargai untuk pemeliharaan.
Jam Buka tutup : Keraton Sambaliung buka setiap hari mulai pukul 09.00 - 17.00 kecuali hari Jum'at Tutup.
Arsitektur dan Desain
![]() |
Keraton Sambaliung Foto (Sandi Pratama) |
Ciri Khas Bangunan
Keraton Sambaliung memiliki arsitektur khas Melayu dengan pengaruh desain China, yang terlihat dari ukiran-ukiran indah dan penggunaan bahan kayu ulin yang kokoh.
Bangunan ini didominasi warna kuning dan hijau, yang melambangkan kejayaan dan surga. Keraton terdiri dari 12 kamar dengan satu ruang utama di tengah yang digunakan untuk upacara adat, pertemuan, dan penobatan bangsawan.
Taman dan Gapura
![]() |
Gapura Baru Pintu Masuk Keraton Sambaliung Foto (Yanaru) |
Keraton memiliki empat taman kecil, tiga di antaranya berada di teras depan, serta taman luas di bagian tengah, kiri, dan kanan halaman. Di depan keraton terdapat gapura yang dihiasi lambang Kesultanan Sambaliung.
Geser gambar untuk melihat sekeliling Keraton Sambaliung
Renovasi Keraton Sambaliung
![]() |
Gapura sebelum dan sesudah diperbaiki di Keraton Sambaliung |
Proses revitalisasi dimulai pada 4 Juli 2023 oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Berau, dengan anggaran sebesar Rp 1.483.192.586 dari APBD Perubahan Kabupaten Berau 2023.
Proyek ini ditargetkan selesai pada 31 Oktober 2023, dengan tujuan memperkuat struktur bangunan agar tahan lama dan tidak mudah rusak, sekaligus mempertahankan keaslian gapura sebagai ikon Keraton Sambaliung.
Selain itu, renovasi ini bertujuan menjadikan gapura sebagai daya tarik wisatawan, sehingga memperkuat identitas budaya Bumi Batiwakkal.
Pihak Disbudpar juga berencana mengajukan proposal untuk perbaikan interior keraton, seperti penggantian karpet yang sudah usang, guna memperindah dan melestarikan nilai budaya.
Keraton Sambaliung sendiri, yang kini berfungsi sebagai museum, memiliki gapura dengan lambang kesultanan di bagian atas, mencerminkan sejarah Kesultanan Sambaliung yang berdiri kokoh di tepi Sungai Kelay.
Ketahanan Bangunan
Keraton ini terkenal kokoh meskipun pernah menghadapi ancaman penghancuran. Pada masa pendudukan Jepang (1942–1945), upaya pembakaran dengan bensin gagal.
Pada 23 April 1945, Belanda (dengan seragam pasukan Sekutu) membombardir keraton, tetapi bom tidak meledak di sasaran, yang dikaitkan dengan legenda “Si Garutu.”
Koleksi dan Peninggalan Bersejarah
Keraton Sambaliung, yang kini berfungsi sebagai museum, menyimpan berbagai koleksi bersejarah yang mencerminkan kejayaan Kesultanan Sambaliung:
Prasasti dan Tugu
![]() |
Tugu Prasasti Keraton Sambaliung Foto (Anik Setyawati) |
Prasasti Tugu 1
![]() |
Tulisan Arab di Prasasti Tugu 1 Keraton Sambaliung Foto (Tisna Arif) |
Terjemahan Prasasti Tugu 1 Keraton Sambaliung bertuliskan arab dan berbahasa melayu adalah
"Duduk di muka rumah atau dimuka lawang sakaping, maka siapa siapa mau melewati maka itu orang duduk dulu, tidak boleh melewati"
Artinya : Prasasti ini berisi peraturan bahwa jika Sultan sedang duduk di depan rumah atau di depan "lawang sakaping" (pintu utama keraton), setiap orang yang melintas harus duduk terlebih dahulu sebelum melewati area tersebut sebagai tanda hormat.
Prasasti Tugu 2
![]() |
Tugu 2 aksara Lontara asli suku Bugis di Keraton Sambaliung Foto (Sintia Tri Yuliani) |
"Apa bila Sultan berada di depan istananya atau didepan pintu gapura maka barangsiapa yang lewat harus duduk dahulu kemudian meneruskan langkahnya, tidakboleh berjalan sebelum memperlihatkan diri ketika sultan berada diluar. Demikianlah menurut aturan adat."
"Tidak boleh berselisih di dalam wilayah istana meskipun ada perkara yang dipertentangkan"
"Tidak diperkenankan tertawa ketawa saat memandang ke istana, dilarang pula orang yang duduk dijalanan depan istana tetapi disamping istana diperbolehkan duduk"
"Tudak boleh melihat lihat ke istana sultan apabila tidak ada hal yang sebaiknya dilihat"
"Jangan menutur atau memotong arah jalan perempuan ditengah jalan meskipun dipandanganmu adalah seorang budak. Kalian para lelaki menepilah sedikit jika perlu turunlah dari jalanan apabila ada perempuan bersama dengan ibunya yang kamu lihat turun dari rumah (Menuju jalanan) maka laki laki berhenti dahulu dan jangan langsung memotong arah jalannya"
"Bagi siapa saja yang tidak melaksanakan atau mengabaikan maka ia meninggalkan peraturan yang ditetapkan oleh PETTA SULTAN LA MAPPATA(NG)KA SAMBALIUNG"
Material: Tugu-tugu ini berukuran 25 x 25 cm dengan tinggi sekitar empat meter, juga terbuat dari kayu ulin.
Prasasti-prasasti ini merupakan bukti sejarah hubungan Kesultanan Sambaliung dengan komunitas Bugis, yang terjalin melalui perkawinan, kunjungan antarkerajaan, dan dukungan dalam perlawanan terhadap penjajah Belanda.
Aturan yang tertulis menunjukkan tata cara adat dan penghormatan terhadap Sultan, menjunjung tinggi kaum perempuan walaupun seorang pembantu (budak) yang mencerminkan nilai-nilai budaya dan hierarki sosial pada masa itu.
Buaya Diawetkan
![]() |
Buaya 4 m yang diawtkan di Keraton Sambaliung Foto (Nata Graha) |
Artefak
![]() |
Barang dan Pakaian Sultan di Keraton Sambaliung Foto (Ajk) |
![]() |
Tempat tidur Sultan di Keraton Sambaliung Foto (Martin Hardiono) |
![]() |
Tempat duduk Sultan Keraton Sambaliung Foto (Petrus Lanang) |
![]() |
Pusaka Sultan Keraton Sambaliung Foto (Rama Deny) |
Monumen Si Garutu
![]() |
Monumen Si Garutu Keraton Sambaliung Foto (AS Project) |
Legenda Si Garutu
Salah satu cerita yang menarik adalah legenda “Si Garutu,” makhluk gaib yang dianggap sebagai pelindung Keraton Sambaliung. Menurut cerita kerabat kesultanan, pada masa pendudukan Jepang, dua bom dijatuhkan Sekutu untuk menghancurkan keraton, tetapi tidak meledak di sasaran.
Seorang pilot mengaku melihat “tangan raksasa” yang menahan bom tersebut. Makhluk gaib ini disebut “Si Garutu,” yang konon menjadi sahabat sultan dan menjaga keraton.
Untuk mengabadikan legenda ini, monumen tangan raksasa dibangun di halaman keraton, menjadi daya tarik unik bagi pengunjung.
Peran Budaya dan Wisata
Kegiatan Adat: Keraton Sambaliung masih digunakan untuk upacara adat, seperti prosesi Manguati Banua, yang merupakan bagian dari peringatan Hari Jadi Kabupaten Berau. Kegiatan ini bertujuan memohon keselamatan masyarakat dan melestarikan budaya lokal.
Wisata Edukasi: Sebagai museum, keraton ini menjadi destinasi wisata sejarah yang penting. Pengunjung dapat mempelajari sejarah Kesultanan Sambaliung, pengaruh Islam, dan perjuangan melawan penjajah Belanda, yang dipimpin oleh Sultan Alimuddin bersama pejuang Bugis, Sulu, dan Makassar.
Daya Tarik: Selain koleksi bersejarah, keraton menawarkan spot foto yang menarik, seperti taman, gapura, dan monumen Si Garutu. Lokasinya di tepi Sungai Kelay memberikan pemandangan indah, terutama di pagi hari.
Tantangan dan Upaya Pelestarian
Tantangan: Salah satu kendala utama adalah kurangnya papan informasi sejarah yang memadai untuk pengunjung, sehingga sulit memahami konteks koleksi.
Selain itu, kemampuan bahasa Inggris pengurus keraton masih terbatas, menyulitkan komunikasi dengan turis asing.
Upaya Pelestarian: PT Berau Coal, melalui program CSR, mendukung pelestarian Keraton Sambaliung dengan memberikan pelatihan bahasa Inggris untuk pengurus, mendukung acara adat, dan mempromosikan wisata budaya. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Berau juga aktif mengelola keraton untuk meningkatkan potensi wisata.
Kerjasama Komunitas: Kegiatan seperti pelatihan seni tari dan musik untuk anak muda, serta kolaborasi dengan National Geographic Indonesia untuk mendokumentasikan budaya Berau, turut memperkuat pelestarian warisan kesultanan.
Keunikan dan Nilai Budaya
Pengaruh Bugis: Kesultanan Sambaliung memiliki hubungan kuat dengan suku Bugis, terlihat dari prasasti aksara Bugis dan perjuangan Sultan Alimuddin yang didukung pejuang Bugis-Sulu.
Simbol Identitas: Keraton ini menjadi simbol jati diri masyarakat Berau, mencerminkan kearifan lokal dan semangat perjuangan melawan penjajah.
Daya Tarik Wisata: Kombinasi arsitektur Melayu-Cina, koleksi bersejarah, dan legenda Si Garutu menjadikan keraton ini destinasi wisata sejarah yang unik, cocok untuk wisatawan yang ingin menjelajahi budaya Kalimantan Timur.
Informasi Tambahan
Pengelolaan: Keraton dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Berau bekerja sama dengan kerabat kesultanan dan PT Berau Coal. Upaya promosi terus dilakukan untuk menarik wisatawan domestik dan mancanegara.
Kegiatan Komunitas: Keraton sering menjadi pusat kegiatan budaya, seperti festival keraton nusantara dan acara adat, yang memperkuat peran keraton sebagai pusat pelestarian budaya.
Kunjungan: Keraton cenderung sepi di siang hari, sehingga pagi hari adalah waktu terbaik untuk berkunjung, terutama bagi yang ingin menikmati suasana tenang dan lintasan lari di depan keraton.
Posting Komentar untuk "Review Keraton Sambaliung, Istana Kesultanan di Berau"