Pancurajipost.com - Lamin Pepas Eheng adalah rumah adat tradisional suku Dayak Benuaq yang terletak di Kampung Pepas Eheng, Kecamatan Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur.
Lamin Pepas Eheng merupakan salah satu cagar budaya yang dilindungi oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Barat dan menjadi simbol kebersamaan serta kekayaan budaya masyarakat Dayak Benuaq.
![]() |
Lamin Pepas Eheng Foto |
Sejarah dan Latar Belakang
Pendirian
![]() |
Lamin Pepas Eheng tahun 1995 Foto (IG @info_kubar) |
Pembangunan lamin ini dilakukan secara gotong royong, mencerminkan ikatan kebersamaan yang kuat di kalangan masyarakat Dayak Benuaq pada masa itu.
Makna Nama
Dalam bahasa Dayak Benuaq, lamin disebut juga lou, yang berarti rumah panjang. Nama Pepas Eheng merujuk pada lokasi kampung tempat lamin ini berada, yang merupakan salah satu pusat budaya Dayak Benuaq di Kutai Barat.
Status Cagar Budaya
![]() |
Bangunan Cagar Budaya Lamin Pepas Eheng Foto (Kayla Ng) |
Arsitektur dan Struktur
Lamin Pepas Eheng adalah rumah panggung tradisional dengan desain arsitektur vernakular khas Dayak. Berikut adalah karakteristik arsitekturnya:
Dimensi
- Panjang: Sekitar 65-67 meter
- Lebar: Sekitar 8 meter.
- Tinggi: 2-3 meter dari permukaan tanah, dengan beberapa sumber menyebutkan hingga 10 meter untuk bagian tertentu.
- Bilik: Lamin ini memiliki 8 bilik yang masing-masing dihuni oleh 3-5 keluarga, dengan total sekitar 32 keluarga atau 36 orang penghuni.
Bahan Bangunan
![]() |
Fondasi Pangung Lamin Pepas Eheng Foto (Adhika Bayu) |
- Kayu Ulin: Digunakan untuk tiang utama, atap, dan struktur lainnya karena kekuatan dan ketahanannya terhadap rayap serta air. Kayu ulin juga digunakan untuk membuat atap sirap (berbentuk seperti sisik ikan) yang tahan terhadap cuaca ekstrem.
- Kulit Kayu: Dinding lamin terbuat dari kulit kayu, meskipun saat ini banyak yang mengalami pelapukan dan kerusakan akibat usia.
- Rotan: Digunakan untuk lantai dan beberapa elemen dekoratif.
Struktur Bangunan
Bagian Bawah
Kolong: Digunakan untuk kandang ternak (seperti babi dan ayam) atau tempat menyimpan peralatan sehari-hari. Saat ini, kolong sering digunakan sebagai tempat parkir kendaraan roda dua.
![]() |
Patung dan Tangga Depan Lamin Pepas Eheng Foto (PosKaltim Media) |
Tangga: Terdapat 7 tangga, dengan 1 tangga utama yang memiliki desain khas dan 6 tangga pendukung.
Tiang: Terdapat 13 tiang utama dari kayu ulin yang menyangga struktur hingga atap, dihiasi dengan ukiran khas Dayak dan tanduk kerbau dari upacara adat.
Bagian Tengah
Serambi Depan: Berfungsi sebagai teras untuk menerima tamu, musyawarah (berinuq), atau tempat tidur kaum laki-laki.
Ruang Utama: Tempat berkumpul, bersantai, dan melaksanakan kegiatan adat.
Ruang Privat: Bilik-bilik pribadi untuk setiap keluarga, yang perawatannya dilakukan secara mandiri sehingga tampilan antar bilik bisa berbeda.
![]() |
Tangga Utama masuk ke Lamin Pepas Eheng Foto (Kayla Ng) |
Bagian Atas
Atap dan Kuda-Kuda: Atap terbuat dari sirap kayu ulin yang disusun rapi. Kuda-kuda atap dibuat dengan alat sederhana seperti mandau, menunjukkan keterampilan arsitektur tradisional Dayak.
Ornamen: Lamin dihiasi dengan ukiran khas Dayak berwarna-warni yang memiliki makna filosofis, serta patung-patung atau totem (disebut Blonthang) yang diletakkan di depan rumah sebagai simbol ritual.
Fungsi dan Peran Sosial
Lamin Pepas Eheng bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga pusat kehidupan sosial, budaya, dan adat masyarakat Dayak Benuaq
Kehidupan Komunal
Lamin dirancang untuk menampung banyak keluarga (25-30 kepala keluarga) yang hidup bersama, mencerminkan nilai kebersamaan dan kekeluargaan.
Lamin dianggap sebagai desa dalam satu atap yang dipimpin oleh seorang kepala adat yang tinggal di bagian tengah rumah.
Pusat Adat
Lamin digunakan untuk upacara adat seperti Tari Belian Bawo, Tari Gantar, Upacara Kenyau, Kuangkai, dan Ngugu Taunt, serta kegiatan musyawarah (berinuq).
Simbol Identitas
Lamin Pepas Eheng adalah kebanggaan masyarakat Dayak Benuaq karena memiliki volume terbesar di antara lamin lain di Kutai Barat, seperti Lamin Mencimai, Lamin Benung, Lamin Engkuni, dan Lamin Tolan.
Pelestarian Budaya
Lamin ini menjadi benteng budaya Dayak terhadap modernisasi yang menggerus nilai-nilai tradisional, sekaligus melindungi hutan Kalimantan yang dianggap sakral oleh masyarakat Dayak Benuaq.
Daya Tarik Wisata dan Budaya
![]() |
Kerajinan Anyaman di Lamin Pepas Eheng Foto (Abdus Salam) |
Wisata Budaya
Lamin Pepas Eheng adalah salah satu destinasi wisata budaya unggulan di Kutai Barat, menawarkan wawasan tentang kehidupan tradisional Dayak Benuaq.
Pengunjung dapat melihat kerajinan tangan seperti gelang rotan, kalung manik-manik, tas anjat, dan mandau (senjata khas Dayak) yang dijual di lamin. Harga mandau bervariasi antara Rp500.000 hingga Rp1,3 juta tergantung ukiran.
Tari Tradisional
Kampung Pepas Eheng masih melestarikan Tari Belian, yang dipercaya memiliki kekuatan penyembuhan untuk penyakit yang tidak dapat disembuhkan secara medis.
Kerajinan Tangan
Hampir seluruh warga kampung memiliki keahlian menganyam rotan, menghasilkan produk seperti tas, tikar, dan lampit.
Keunikan dan Filosofi
Simbol Kebersamaan: Lamin Pepas Eheng mencerminkan tradisi komunal suku Dayak, di mana puluhan keluarga hidup bersama dalam harmoni, berbagi ruang dan tanggung jawab.
Arsitektur Tradisional: Penggunaan kayu ulin, ukiran khas Dayak, dan desain panggung menunjukkan kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam dan beradaptasi dengan lingkungan sungai dan hutan Kalimantan.
Nilai Sakral: Hutan dan elemen alam di sekitar lamin dianggap sakral, menjadikan lamin sebagai perisai budaya dan lingkungan dari ancaman modernisasi, pertambangan, dan perkebunan.
Perbandingan dengan Lamin Lain
Lamin Pepas Eheng memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan lamin lain di Kutai Barat, seperti:
Lamin Tolan (Desa Lambing, Muara Lawa): Panjang 50 meter, lebar 9,2 meter, tinggi 10 meter, dengan 6 bilik. Dianggap lamin tertua (usia sekitar 200 tahun).
Lamin Mancong (Jempang): Panjang 63 meter, lebar 12 meter, tinggi 3 meter, dengan 12 bilik dan 4 tangga masuk.
Lamin Pepas Eheng menonjol karena ukurannya yang besar dan statusnya sebagai cagar budaya yang masih dihuni.
Jalur Akses
Google Map Lamin Pepas Eheng
Alamat dan Nomor Telepon Lamin Pepas Eheng
Lamin terletak di pinggir jalan besar di Kampung Pepas Eheng, sekitar 19 km dari Bundaran Tugu Macan Dahan, Sendawar (ibu kota Kutai Barat), dapat ditempuh dalam 35 menit melalui jalan aspal yang mulus.
Transportasi
Dari Samarinda, dapat diakses melalui bus (Mulai dari Rp110.000) atau travel seperti Elkana Travel (Rp275.000 dengan layanan antar-jemput).Dari Bandara Melalan Kutai Barat juga tersedia untuk penerbangan perintis. Dari Bandara ke Lamin Pepas Eheng sekitar 31.9 Km atau sekitar 50 menit perjalanan.
Lamin Pepas Eheng adalah bukti nyata kekayaan budaya Dayak Benuaq dan kearifan lokal dalam arsitektur serta kehidupan komunal.
Meskipun menghadapi tantangan pelestarian, lamin ini tetap menjadi nafas kehidupan bagi masyarakat setempat dan daya tarik budaya yang tak ternilai bagi wisatawan.
Pertanyaan yangsering ditanyakan di Lamin Pepas Eheng
Apakah ada MCK di Lamin Pepas Eheng?
Ya, Tersedia MCK di belakang Lamin Pepas Eheng yang menyatu dengan rumah warga
Apakah Lamin Pepas Eheng masih digunakan untuk upacara adat?
Ya, Lamin Eheng masih digunakan untuk upacara adat dan ruang berkumpul bagi seluruh desa/kampong.
Apakah Lamin Pepas Eheng masih dijadikan tempat tinggal?
Ya, Lamin Pepas Eheng masih ditempati oleh beberapa keluarga.
Apa mata pencaharian keluarga di Lamin Pepas Eheng?
Mata pencahariannya mulai dari bertani dan menjual produk anyaman yang dijual di Lamin Pepas Eheng kepada para wisatawan dari Indonesia dan luar negeri dengan harga produk mulai dari Rp. 250.000
Posting Komentar untuk "Review Lamin Pepas Eheng, Eheng Longhouse, KALTIM"