Review Lamin Pepas Eheng, Eheng Longhouse, KALTIM

 Pancurajipost.com - Lamin Pepas Eheng adalah rumah adat tradisional suku Dayak Benuaq yang terletak di Kampung Pepas Eheng, Kecamatan Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. 

Lamin Pepas Eheng merupakan salah satu cagar budaya yang dilindungi oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Barat dan menjadi simbol kebersamaan serta kekayaan budaya masyarakat Dayak Benuaq.  

Lamin Pepas Eheng Foto
Lamin Pepas Eheng Foto

Sejarah dan Latar Belakang

Pendirian

Lamin Pepas Eheng tahun 1995
Lamin Pepas Eheng tahun 1995 Foto (IG @info_kubar)
Lamin Pepas Eheng didirikan pada tahun 1962 dan merupakan pindahan dari lamin sebelumnya di Kampung Pepas, sekitar 2 km dari lokasi saat ini di Kampung Eheng. 

Pembangunan lamin ini dilakukan secara gotong royong, mencerminkan ikatan kebersamaan yang kuat di kalangan masyarakat Dayak Benuaq pada masa itu. 

Makna Nama

Dalam bahasa Dayak Benuaq, lamin disebut juga lou, yang berarti rumah panjang. Nama Pepas Eheng merujuk pada lokasi kampung tempat lamin ini berada, yang merupakan salah satu pusat budaya Dayak Benuaq di Kutai Barat.

Status Cagar Budaya

Bangunan Cagar Budaya Lamin Pepas Eheng
Bangunan Cagar Budaya Lamin Pepas Eheng Foto (Kayla Ng)
Lamin Pepas Eheng telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, menandakan pentingnya sebagai warisan budaya nasional. 

Arsitektur dan Struktur

Lamin Pepas Eheng adalah rumah panggung tradisional dengan desain arsitektur vernakular khas Dayak. Berikut adalah karakteristik arsitekturnya:

Dimensi

  • Panjang: Sekitar 65-67 meter
  • Lebar: Sekitar 8 meter.
  • Tinggi: 2-3 meter dari permukaan tanah, dengan beberapa sumber menyebutkan hingga 10 meter untuk bagian tertentu. 
  • Bilik: Lamin ini memiliki 8 bilik yang masing-masing dihuni oleh 3-5 keluarga, dengan total sekitar 32 keluarga atau 36 orang penghuni. 

Bahan Bangunan

Fondasi Pangung Lamin Pepas Eheng
Fondasi Pangung Lamin Pepas Eheng Foto (Adhika Bayu)

  • Kayu Ulin: Digunakan untuk tiang utama, atap, dan struktur lainnya karena kekuatan dan ketahanannya terhadap rayap serta air. Kayu ulin juga digunakan untuk membuat atap sirap (berbentuk seperti sisik ikan) yang tahan terhadap cuaca ekstrem. 
  • Kulit Kayu: Dinding lamin terbuat dari kulit kayu, meskipun saat ini banyak yang mengalami pelapukan dan kerusakan akibat usia. 
  • Rotan: Digunakan untuk lantai dan beberapa elemen dekoratif.

Struktur Bangunan 

Bagian Bawah 

Kolong: Digunakan untuk kandang ternak (seperti babi dan ayam) atau tempat menyimpan peralatan sehari-hari. Saat ini, kolong sering digunakan sebagai tempat parkir kendaraan roda dua. 

Patung dan Tangga Depan Lamin Pepas Eheng
Patung dan Tangga Depan Lamin Pepas Eheng Foto (PosKaltim Media)

Tangga: Terdapat 7 tangga, dengan 1 tangga utama yang memiliki desain khas dan 6 tangga pendukung. 

Tiang: Terdapat 13 tiang utama dari kayu ulin yang menyangga struktur hingga atap, dihiasi dengan ukiran khas Dayak dan tanduk kerbau dari upacara adat. 

Bagian Tengah 

Teras dan Pintu Bilik Lamin Pepas Eheng
Teras dan Pintu Bilik Lamin Pepas Eheng Foto (Kayla Ng)

    Serambi Depan: Berfungsi sebagai teras untuk menerima tamu, musyawarah (berinuq), atau tempat tidur kaum laki-laki. 

    Ruang Utama: Tempat berkumpul, bersantai, dan melaksanakan kegiatan adat.

    Ruang Privat: Bilik-bilik pribadi untuk setiap keluarga, yang perawatannya dilakukan secara mandiri sehingga tampilan antar bilik bisa berbeda. 

    Tangga Utama masuk ke Lamin Pepas Eheng
    Tangga Utama masuk ke Lamin Pepas Eheng Foto (Kayla Ng)

    Bagian Atas 

    Atap dan Kuda-Kuda: Atap terbuat dari sirap kayu ulin yang disusun rapi. Kuda-kuda atap dibuat dengan alat sederhana seperti mandau, menunjukkan keterampilan arsitektur tradisional Dayak. 

    Ornamen: Lamin dihiasi dengan ukiran khas Dayak berwarna-warni yang memiliki makna filosofis, serta patung-patung atau totem (disebut Blonthang) yang diletakkan di depan rumah sebagai simbol ritual. 

    Fungsi dan Peran Sosial

    Lamin Pepas Eheng bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga pusat kehidupan sosial, budaya, dan adat masyarakat Dayak Benuaq 

    Kehidupan Komunal

     Lamin dirancang untuk menampung banyak keluarga (25-30 kepala keluarga) yang hidup bersama, mencerminkan nilai kebersamaan dan kekeluargaan. 

    Lamin dianggap sebagai desa dalam satu atap yang dipimpin oleh seorang kepala adat yang tinggal di bagian tengah rumah. 

    Pusat Adat

    Lamin digunakan untuk upacara adat seperti Tari Belian Bawo, Tari Gantar, Upacara Kenyau, Kuangkai, dan Ngugu Taunt, serta kegiatan musyawarah (berinuq). 

    Simbol Identitas

    Lamin Pepas Eheng adalah kebanggaan masyarakat Dayak Benuaq karena memiliki volume terbesar di antara lamin lain di Kutai Barat, seperti Lamin Mencimai, Lamin Benung, Lamin Engkuni, dan Lamin Tolan.  

    Pelestarian Budaya

    Lamin ini menjadi benteng budaya Dayak terhadap modernisasi yang menggerus nilai-nilai tradisional, sekaligus melindungi hutan Kalimantan yang dianggap sakral oleh masyarakat Dayak Benuaq. 

    Daya Tarik Wisata dan Budaya

    Kerajinan Anyaman di Lamin Pepas Eheng
    Kerajinan Anyaman di Lamin Pepas Eheng Foto (Abdus Salam)

    Wisata Budaya

    Lamin Pepas Eheng adalah salah satu destinasi wisata budaya unggulan di Kutai Barat, menawarkan wawasan tentang kehidupan tradisional Dayak Benuaq. 

    Pengunjung dapat melihat kerajinan tangan seperti gelang rotan, kalung manik-manik, tas anjat, dan mandau (senjata khas Dayak) yang dijual di lamin. Harga mandau bervariasi antara Rp500.000 hingga Rp1,3 juta tergantung ukiran. 

    Tari Tradisional

    Kampung Pepas Eheng masih melestarikan Tari Belian, yang dipercaya memiliki kekuatan penyembuhan untuk penyakit yang tidak dapat disembuhkan secara medis. 

    Kerajinan Tangan

    Hampir seluruh warga kampung memiliki keahlian menganyam rotan, menghasilkan produk seperti tas, tikar, dan lampit. 

    Keunikan dan Filosofi

    Simbol Kebersamaan: Lamin Pepas Eheng mencerminkan tradisi komunal suku Dayak, di mana puluhan keluarga hidup bersama dalam harmoni, berbagi ruang dan tanggung jawab. 

    Arsitektur Tradisional: Penggunaan kayu ulin, ukiran khas Dayak, dan desain panggung menunjukkan kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam dan beradaptasi dengan lingkungan sungai dan hutan Kalimantan. 

    Nilai Sakral: Hutan dan elemen alam di sekitar lamin dianggap sakral, menjadikan lamin sebagai perisai budaya dan lingkungan dari ancaman modernisasi, pertambangan, dan perkebunan. 

    Perbandingan dengan Lamin Lain

    Lamin Pepas Eheng memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan lamin lain di Kutai Barat, seperti:

    Lamin Tolan (Desa Lambing, Muara Lawa): Panjang 50 meter, lebar 9,2 meter, tinggi 10 meter, dengan 6 bilik. Dianggap lamin tertua (usia sekitar 200 tahun). 

    Lamin Mancong (Jempang): Panjang 63 meter, lebar 12 meter, tinggi 3 meter, dengan 12 bilik dan 4 tangga masuk. 

    Lamin Pepas Eheng menonjol karena ukurannya yang besar dan statusnya sebagai cagar budaya yang masih dihuni. 

    Jalur Akses 

    Google Map Lamin Pepas Eheng

    Alamat dan Nomor Telepon Lamin Pepas Eheng

    Alamat : Lamin Pepas Eheng, jl. poros pepas eheng Rt.3 Kecamatan Barong tongkok, Sendawar, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur 
    Kodepost Lamin Pepas Eheng : 75777
    Nomor Telepon Lamin Pepas Eheng : 081256514067 (Armansyah : Desa Wisata Eheng), email armansyahngudau121@gmail.com.

    Lamin terletak di pinggir jalan besar di Kampung Pepas Eheng, sekitar 19 km dari Bundaran Tugu Macan Dahan, Sendawar (ibu kota Kutai Barat), dapat ditempuh dalam 35 menit melalui jalan aspal yang mulus. 

    Transportasi

    Dari Samarinda, dapat diakses melalui bus (Mulai dari Rp110.000) atau travel seperti Elkana Travel (Rp275.000 dengan layanan antar-jemput). 

    Dari Bandara Melalan Kutai Barat juga tersedia untuk penerbangan perintis. Dari Bandara ke Lamin Pepas Eheng sekitar 31.9 Km atau sekitar 50 menit perjalanan.

    Lamin Pepas Eheng adalah bukti nyata kekayaan budaya Dayak Benuaq dan kearifan lokal dalam arsitektur serta kehidupan komunal. 

    Meskipun menghadapi tantangan pelestarian, lamin ini tetap menjadi nafas kehidupan bagi masyarakat setempat dan daya tarik budaya yang tak ternilai bagi wisatawan.

    Pertanyaan yangsering ditanyakan di Lamin Pepas Eheng

    Apakah ada MCK di Lamin Pepas Eheng?

    Ya, Tersedia MCK di belakang Lamin Pepas Eheng yang menyatu dengan rumah warga

    Apakah Lamin Pepas Eheng masih digunakan untuk upacara adat?

    Ya, Lamin Eheng masih digunakan untuk upacara adat dan ruang berkumpul bagi seluruh desa/kampong. 

    Apakah Lamin Pepas Eheng masih dijadikan tempat tinggal?

    Ya, Lamin Pepas Eheng masih ditempati oleh beberapa keluarga. 

    Apa mata pencaharian keluarga di Lamin Pepas Eheng?

    Mata pencahariannya mulai dari bertani dan menjual produk anyaman yang dijual di Lamin Pepas Eheng kepada para wisatawan dari Indonesia dan luar negeri dengan harga produk mulai dari Rp. 250.000

    YH Reporter
    YH Reporter Saya adalah Seorang IT dan Penulis, Pernah Bekerja di Instansi Pemerintahan dan Swasta. Sumbangsih kepada Negara dengan mengangkat tulisan di Sektor Wisata sebagai 5 besar penggerak perekonomian Indonesia.

    Posting Komentar untuk "Review Lamin Pepas Eheng, Eheng Longhouse, KALTIM"