Pancurajipost.com - Istana Alwatzikhoebillah adalah istana Kesultanan Sambas yang menjadi pusat pemerintahan dan simbol kejayaan kerajaan Islam di Kalimantan Barat.
Dengan arsitektur yang unik, lokasi strategis di tepi sungai, dan berbagai peninggalan sejarah, Istana Alwatzikhoebillah menawarkan pengalaman mendalam bagi wisatawan yang ingin memahami kejayaan Kesultanan Sambas.
Keberadaannya yang terawat dengan baik dan suasana asri menjadikannya salah satu daya tarik utama di Kalimantan Barat, baik untuk wisatawan lokal maupun mancanegara.
![]() |
Istana Alwatzikhoebillah Kesultanan Sambas, Kalbar |
Bangunan Istana Alwatzikhoebillah
Istana Alwatzikhoebillah memiliki bangunan bertipe rumah panggung berbahan kayu ulin (belian)
Geser gambar untuk melihat sekeliling depan Istana Alwatzikhoebillah
Bangunan Induk
Bangunan Induk memiliki 7 ruangan yang terbagi menjadi
- Balai Ruang
- Kamar tidur untuk sultan, istri dan anak
- Ruang baca perpustakaan.
1. Ruang Balairung
Ruang Balairung ini berukuran 11,44 m x 7,42 mmempunyai 14 buah jendela kaca berukuran 163 cm x 72,5 cm serta tiga buah pintu berukuran tinggi 247 cm dan lebar sekitar 167-137 cm.
Ruang ini berfungsi untuk tempat sultan menerima tamu penting dan untuk ruang pertemuan antara pejabat penting.
2. Ruang kamar tidur
![]() |
Kamar tidur sultan di Istana Alwatzikhoebillah, Foto (Edwin Lay) |
kamar kamar ini terhubung dengan lorong lorong berukuran 2x13,5 m.
Kamar ini terdiri dari 4 kamar yaitu dua kamar di sisi utara untuk kamar sultan dan permaisuri, satu kamar di sisi selatan untuk kamar putra mahkota, dan satu kamar disisi timur untuk kamar putri-putri sultan.
Untuk ukuran kamar sultan 5,89 x 4,4 meter dan kamar permaisuri yang berada di sebelah kamar sultan berukuran 4,5 x 4,4 meter.
Antara kamar sultan dan permaisuri terdapat penghubung yang berada di dalam kamar.
![]() |
Pusaka dan Pakaian Sultan di Kamar Istana Alwatzikhoebillah, Foto (wee kiong Chua) |
Dikamar ini berisi peninggalan sultan berupa baju baju sultan, pusaka dan lainlain
3. Ruang Baca/Perpustakaan
Terdapat dua buah jendela dan pada sisi tengan terdapat tempat duduk.
Ruang ini dahulu dugunakan untuk ruang baca, namun kini dialih fungsi sebagai ruang santai(Keluarga).
Terdapat sebuah pintu yang berukuran 2,2 x 1,34 meter yang menyambungkan bangunan satu dengan bangunan lainnya di sisi selatan bangunan induk.
Bangunan Pendamping
Terdapat 2 bangunan pendamping yang berada di sisi utara dan sisi selatan bangunan induk.
Bangunan pendamping disisi selatan berfungsi sebagai kamar tidur para pelayan sultan yang dihubungkan dengan lorong yang menyatukan bangunan.
Bangunan ini terdiri dari 4 kamar pembantu, 1 dapur, 2 kamar mandi sultan, dan 1 kamar mandi pembantu.
Sedangkan Banguna sisi utara difungsikan untuk kamar para supir atau pengawal sultan yang terdiri dari 4 buah kamar dan 2 kamar mandi. Bangunan ini terpisah dengan bangunan induk.
Kontruksi bangunan ini terbagi atas 3 bagian diantaranya kaki bangunan, badan dan atap bangunan.
1. Bagian Kaki
Tiang bangunan pada kaki dibuat dari beton dan sebagai kuncian menghubungkanantara bagian kaki dan lantai rumah adalah besi yang disambungkan antara balok gelagar.Pada bagian kaki dipasang kayu yang mengelilingi bangunan sehinggan tiang bagian bawah tidak terlihat.
2. Bagian Badan
Bagian dinding bangunan terbuat dari campuran semen dan pasir pantai yang diayak serta anyaman bambu, sedangkan lantai terbuat dari kayu ulin yang tidak diwarnai.Pada balairung atap lebih tinggi sekitar 5 meter sedangkan para ruang lain tingginya sekitar 4,18 m.
3. Bagian Atap
![]() |
Atap Istana Alwatzikhoebillah, Foto (Muhammad Munazeria) |
Pengaruh Syaikh Khatib di Islam Indonesia
Syaikh Ahmad Khatib lahir di Sambas, Kalimantan Barat, sekitar tahun 1802 M (1216 H) dan wafat sekitar tahun 1875 M di Sambas.
![]() |
Foto Syaikh Ahmad Khatib |
Beliau berasal dari keluarga ulama terhormat di Kesultanan Sambas, dengan ayahnya, Abdul Ghaffar, juga dikenal sebagai seorang tokoh agama.
Syaikh Ahmad Khatib memiliki sanad keilmuan yang kuat, terhubung dengan ulama-ulama besar di Haramain (Makkah dan Madinah). Sanad ini menjadi salah satu alasan pengaruhnya yang besar di kalangan ulama Nusantara.
Syaikh Ahmad Khatib dikenal sebagai ulama yang mengajarkan tasawuf,tafsir dan fiqih mazhab Syafi’i, yang dominan di kalangan masyarakat Melayu. Ia juga mengajarkan pentingnya akhlak mulia dan pendidikan agama yang berbasis komunitas.
Syaikh Ahmad Khatib sebagai pendiri Thariqoh Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN) yang merupakan gabungan dua tarekat besar yaitu Tarekat Qadiriyah yang didirikan oleh Syekh Abdul Qadir al-Jailani serta Tarekat Naqsabandiyah yang didirikan oleh Syekh Bahauddin an-Naqsyabandi.
Syaikh Ahmad Khatib dianggap sebagai guru dari beberapa ulama besar di Nusantara. Salah satu muridnya yang terkenal adalah Syaikh Ahmad Khotib Al-Minangkabawi (bukan kerabat langsung), yang kemudian menjadi ulama besar di Makkah dan guru dari pendiri organisasi Islam besar di Indonesia, seperti Hasyim Asy’ari (pendiri Nahdlatul Ulama) dan Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah).
Lokasi dan Akses
Googlew Map Istana Alwatzikhoebillah
Alamat dan Nomor Telepon Istana Alwatzikhoebillah
Akses
Istana Alwatzikhoebillah mudah diakses karena berada di pusat kota Sambas, berada di pertemuan tiga sungai (Sungai Sambas Kecil, Sungai Subah, dan Sungai Teberau), yang dikenal sebagai Muare Ullakan oleh penduduk setempat.
Lokasi pintu masuk Istana Alwatzikhoebillah di tepi sungai ini dulunya menggunakan transportasi melalui perahu, yang menjadi moda transportasi utama pada masa itu dan sekarang pintu masuknya dibangun jalan darat yang memudahakan mobil atau motor bisa masuk ke area keraton.
Dari Pusat Kota Sambas (Tugu Tabrani) ke Istana Alwatzikhoebillah jaraknya sekitar 3 Km atau sekitar 10 menit perjalanan dengan mobil atau motor.
Sedangkan dari Bandara Internasional Supadio ke Istana Alwatzikhoebillah jaraknya sekitar 243 Km atau sekitar 4-5 jam perjalanan melalui jalur pasir panjang singkawang.
Arsitektur dan Desain
![]() |
bangunan Istana Alwatzikhoebillah, Foto (Andi Kurniawan) |
Bangunan ini didominasi oleh warna kuning emas, yang merupakan warna khas Melayu yang melambangkan kewibawaan dan keluhuran budi pekerti.
Material utama bangunan terbuat dari kayu belian, yang dikenal kuat dan tahan lama. Pembangunan istana dilakukan oleh seorang kontraktor bernama Tjin Nyuk dari Pontianak.
Luas lahan istana mencapai 16.781 m², membujur dari arah barat ke timur, dengan bangunan utama berukuran panjang 9,5 meter dan lebar 8,05 meter.
Ciri Khas
Ciri khas arsitektur Istana Alwatzikhoebillah terlihat pada:
Dua gapura masuk
Gapura pertama memisahkan alun-alun dari jalan raya, dan gapura kedua memisahkan halaman istana dari alun-alun. Gapura-gapura ini menambah kesan megah dan terstruktur.
![]() |
Tiang Bendera Istana Alwatzikhoebillah, Foto (Melysa Saputri) |
Tiang bendera
Simbol kekuasaan ganda (Kesultanan Sambas dan Hindia Belanda) terlihat pada tiang bendera di halaman istana, yang mencerminkan pengaruh kolonial Belanda pada masa itu.
Didekitar bendera juga terdapat meriam bersejarah yang biasa dijadikan swafoto para pengunjung yang datang.
Kolam pemandian
Di sisi kanan istana terdapat bekas kolam pemandian keluarga sultan, yang menambah nilai historis.
Desain ruang
Penataan ruang istana menggabungkan elemen Melayu tradisional dengan pengaruh Belanda, menciptakan kesan arsitektur yang menarik dan unik.
Fungsi dan Daya Tarik
Istana Alwatzikhoebillah tidak hanya berfungsi sebagai kediaman sultan, tetapi juga sebagai pusat pemerintahan dan kebudayaan Kesultanan Sambas.
Hingga kini, Istana Alwatzikhoebillah menjadi destinasi wisata sejarah, budaya, dan religi yang populer di Kalimantan Barat. Berikut adalah beberapa daya tarik utama:
Kebudayaan Melayu yang Kental: Istana ini mencerminkan budaya Melayu melalui arsitektur, tradisi, dan koleksi peninggalan kerajaan seperti peralatan kesultanan, senjata, dan artefak bersejarah.
Arsitektur yang Menawan: Warna kuning emas dan desain tradisional menarik perhatian wisatawan yang ingin mengagumi keindahan arsitektur Melayu.
Pertunjukan Seni dan Tradisi: Pada hari-hari besar, seperti perayaan keagamaan atau budaya, istana sering menjadi lokasi acara seni dan tradisi Melayu, seperti tarian zapin atau pembacaan syair.
Peninggalan Sejarah: Istana ini menyimpan koleksi peninggalan Kesultanan Sambas, termasuk jembatan bersejarah seperti Jembatan Asam dan Jembatan Batu di pusat kota Sambas.
Masjid Jami’ Sultan Muhammad Shafiuddin II: Berada di kompleks istana, masjid ini menjadi pusat kegiatan religi dan menambah nilai wisata religi.
Suasana Alam yang Asri: Lokasi di tepi sungai memberikan pemandangan indah dan suasana sejuk, cocok untuk wisatawan yang mencari ketenangan.
Jam Buka dan Fasilitas
Jam buka istana adalah setiap hari dari pukul 08.00 hingga 17.00, dengan tiket masuk gratis. Fasilitas yang tersedia meliputi:
- Area parkir.
- Toilet umum.
- Masjid di kompleks istana.
- Halaman luas untuk kegiatan budaya atau religi.
Wisatawan juga dapat menikmati kegiatan seperti menelusuri sejarah kesultanan, berfoto dengan latar bangunan istana yang megah, atau menyaksikan pertunjukan seni tradisional.
Pertanyaan yang sering ditanyakan di Istana Alwatzikhoebillah
Fasilitas apa saja di Istana Alwatzikhoebillah?
Di Istana Alwatzikhoebillah tersedia fasilitas ibadah, tempat bermain anak, tempat makan disekitar area istana
Berapa biaya parkir di Istana Alwatzikhoebillah?
Untuk biaya parkir di Istana Alwatzikhoebillah
- Sepeda Motor : Rp 2.000
- Mobil Pribadi : Rp 5.000
- Bis : 10.000
Kapan berdirinya Istana Alwatzikhoebillah?
Kesultanan Sambas berdiri pada tahun 1632 M oleh Raden Bima yang memiliki gelar Sultan Muhammad Tajuddin (Sultan Kedua).
Posting Komentar untuk "Review Istana Alwatzikhoebillah Kesultanan Sambas, Kalbar"