Pancurajipost.com - Jembatan Kutai Kartanegara, juga dikenal sebagai Jembatan Mahakam II, adalah salah satu infrastruktur penting di Kalimantan Timur, Indonesia, yang melintasi Sungai Mahakam.
Berikut adalah penjelasan rinci mengenai jembatan ini dari berbagai aspek, termasuk sejarah, desain teknis, fungsi, kejadian ambruk, pembangunan kembali, dan nilai estetika serta budayanya:
Latar Belakang dan Sejarah
Jembatan Kutai Kartanegara terletak di Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, dan menghubungkan Kota Tenggarong dengan Kecamatan Tenggarong Seberang, serta menjadi jalur penting menuju Kota Samarinda.
![]() |
Jembatan Kutai Kartanegara Foto (RHarahap04 rm) |
Jembatan ini merupakan jembatan kedua yang dibangun di atas Sungai Mahakam setelah Jembatan Mahakam di Samarinda, sehingga sering disebut Jembatan Mahakam II.
Pembangunan Awal: Konstruksi jembatan dimulai pada tahun 1995 dan selesai pada tahun 2001 dengan biaya sekitar Rp150 miliar.
Jembatan ini awalnya dirancang menyerupai Jembatan Golden Gate di San Francisco, Amerika Serikat, dengan struktur jembatan gantung (suspension bridge). Kontraktor utama adalah PT Hutama Karya, sebuah perusahaan BUMN Indonesia.
Ambruk pada 2011: Pada tanggal 26 November 2011, jembatan ini mengalami tragedi runtuh pada pukul 16:20 WITA, hanya 10 tahun setelah peresmiannya.
Kejadian ini menyebabkan puluhan kendaraan tercebur ke Sungai Mahakam, menewaskan 24 orang, melukai 31 orang, dan menyebabkan 12 orang hilang.
Penyebab utama adalah akumulasi masalah perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan, khususnya kegagalan pada klem pengikat kabel vertikal (hanger) selama proses perawatan.
Pembangunan Ulang: Setelah ambruk, jembatan dibangun kembali di lokasi yang sama mulai tahun 2013 oleh PT Hutama Karya dengan biaya Rp150 miliar (sekitar US$16,4 juta).
Jembatan baru diresmikan pada 8 Desember 2015, dengan desain yang diubah menjadi jembatan pelengkung baja (steel bowstring tied arch) untuk meningkatkan keamanan dan kekuatan struktural.
Spesifikasi Teknis
Jembatan Kutai Kartanegara memiliki spesifikasi teknis yang menjadikannya salah satu jembatan terpanjang dan terpenting di Indonesia:
Panjang Total: 710 meter, menjadikannya salah satu jembatan dengan bentang utama terpanjang di Indonesia.
Bentang Utama:
![]() |
Jembatan Kutai Kartanegara sebelum ambruk, Foto 2011 (Raihan Aprian) |
![]() |
Jembatan Kutai Kartanegara Baru Foto (Muhamad Rinaldhi) |
Struktur: Jembatan baru menggunakan desain pelengkung baja (steel bowstring tied arch), yang lebih kokoh dibandingkan desain gantung sebelumnya.
Struktur ini dirancang untuk menahan beban lalu lintas yang padat dan kondisi lingkungan Sungai Mahakam yang memiliki arus kuat.
Material: Material utama adalah baja berkualitas tinggi, meskipun investigasi pasca-runtuh 2011 mengungkap bahwa material pada jembatan awal (FCD 60) memiliki ketahanan impak rendah, yang berkontribusi pada kegagalan struktur.
Lokasi Geografis: Koordinat jembatan adalah 0°26′40″S 117°00′10″E, melintasi Sungai Mahakam, sungai terbesar di Kalimantan Timur.
Fungsi dan Manfaat
Jembatan Kutai Kartanegara memiliki peran strategis dalam konektivitas dan perekonomian lokal:
Konektivitas: Jembatan ini menghubungkan Tenggarong dengan Tenggarong Seberang dan mempersingkat waktu tempuh ke Samarinda menjadi sekitar 30 menit. Ini memudahkan mobilitas penduduk, barang, dan jasa antara dua wilayah tersebut.
Perekonomian: Sebagai jalur utama, jembatan mendukung aktivitas perdagangan, transportasi, dan pariwisata di Kutai Kartanegara. Keberadaannya juga menarik investasi ke daerah, sebagaimana disebutkan oleh Kepala Dinas PU Kukar, Wisnu.
Pariwisata : Keindahan Jembatan Kutai Kartanegara memiliki nilai keindahan, sering dijadikan background para pengunjung yang bersantai di tepian Sungai Mahakam untuk berfoto.
Simbol Budaya: Jembatan ini memiliki nilai budaya bagi masyarakat Kutai Kartanegara, sebagaimana ditunjukkan oleh prosesi adat Tepong Tawar yang dilakukan oleh Kesultanan Kutai Ing Martadipura untuk mendoakan keselamatan dan kelancaran penggunaan jembatan.
Tragedi Ambruk 2011
Kejadian runtuhnya jembatan pada 26 November 2011 adalah salah satu bencana infrastruktur terbesar di Indonesia. Berikut detailnya:
Kronologi: Jembatan ambruk saat sedang dilakukan pemeliharaan, khususnya proses pendongkrakan (jacking) untuk mengatasi deformasi bentang tengah yang melengkung ke bawah.
Saat jacking dilakukan, klem pengikat kabel vertikal (hanger) putus, memicu efek domino yang menyebabkan seluruh bentang utama (270 meter) runtuh dalam 20-30 detik.
Korban: Berdasarkan laporan, 24 orang tewas, 12 orang hilang, 31 orang luka berat, dan 8 orang luka ringan. Evakuasi terkendala oleh arus kuat Sungai Mahakam dan visibilitas nol di air keruh.
Penyebab: Investigasi oleh tim ahli dari universitas (ITS, UGM, ITB, UI), BPPT, dan Kementerian Pekerjaan Umum menyimpulkan bahwa runtuhnya jembatan disebabkan oleh:
Kesalahan Perencanaan: Material baja (FCD 60) tidak memenuhi standar ketahanan impak.
Kelalaian Pelaksanaan: Kontraktor tidak melakukan uji geser, fatik, dan impak yang memadai.
Pemeliharaan Buruk: Keretakan, perkaratan, dan kerusakan sudah terdeteksi sebelumnya, tetapi tidak ditangani dengan baik. Pemeliharaan oleh PT Bukaka Teknik Utama juga dinilai tidak memadai.
Pemicu Utama: Putusnya hanger nomor 13 selama proses jacking menyebabkan ketidakseimbangan struktur.
Dampak Hukum: Tiga pihak, yaitu Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pelaksana Teknis, dan Manajer Proyek dari PT Bukaka, divonis satu tahun penjara pada Juni 2012 karena kelalaian yang menyebabkan korban jiwa.
Pembangunan Ulang dan Perubahan Desain
Desain Baru: Dari jembatan gantung, diubah menjadi jembatan pelengkung baja dengan rangka baja menerus dan sistem penyangga kabel, yang lebih tahan terhadap beban dinamis dan kondisi lingkungan Sungai Mahakam.
Warna dan Keselamatan: Jembatan baru dicat dengan warna merah-putih untuk meningkatkan visibilitas dan keselamatan pelayaran di Sungai Mahakam, sesuai aturan infrastruktur (warna yang diizinkan: kuning, merah, atau oranye). Pemilihan warna ini tidak terkait dengan politik atau pelanggaran adat, melainkan untuk keamanan.
Pemeliharaan: Pemerintah daerah dan Dinas PU Kukar berkomitmen untuk perawatan rutin, termasuk pengecatan dan pemeriksaan struktur, untuk memastikan umur jembatan lebih panjang dari perkiraan 25 tahun.
Nilai Estetika dan Budaya
Keindahan Visual: Jembatan ini terlihat menakjubkan, terutama pada malam hari dengan lampu warna-warni yang memantul di permukaan Sungai Mahakam.
Pemandangan dari jembatan, termasuk Pulau Kumala dan aktivitas perahu, menambah daya tariknya sebagai landmark lokal.
Integrasi Budaya: Prosesi Tepong Tawar yang dilakukan oleh Kesultanan Kutai menunjukkan bahwa jembatan ini bukan hanya infrastruktur, tetapi juga bagian dari identitas budaya Kutai. Acara ini melibatkan doa dan ritual untuk menolak bala, mencerminkan harmoni antara pembangunan modern dan tradisi lokal.
Acara Komunitas: Jembatan sering menjadi lokasi acara besar, seperti Erau Adat Pelas atau jalan sehat, meskipun pernah menyebabkan kemacetan parah, seperti pada September 2024.
Jalur Akses Jembatan Kutai Kartanegara
Google Map Jembatan Kutai Kartanegara
Alamat dan nomor telepon Jembatan Kutai Kartanegara
- Alamat Jembatan Kutai Kartanegara: Jl. Jembatan Kutai Kartanegara, Kelurahan Timbau, Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
- Kodepost Jembatan Kutai Kartanegara: 75325
- Nomor telepon Jembatan Kutai Kartanegara: -
Akses : Jembatan Kutai Kartanegara tidak jauh dari Taman Kota Raja yang menghubungkan antara Tenggarong dan Kota Samarinda.
Geser gambar untuk melihat sekeliling Jembatan Kutai Kartanegara
Dari Tugu Adipura atau Taman Tanjong ke Jembatan Kutai Kartanegara jaraknya sekitar 3,8 Km atau lama berkendara sekitar 7 menit saja
Tantangan dan Kritik
Kemacetan: Jembatan ini sering mengalami kemacetan, terutama saat acara besar, seperti pada 21 September 2024, ketika dua acara (Erau Adat Pelas dan deklarasi calon bupati) menyebabkan antrean panjang dan kekhawatiran akan getaran jembatan akibat beban berlebih.
Pemeliharaan: Meskipun jembatan baru dirancang lebih baik, penting untuk terus memantau pemeliharaan agar tragedi 2011 tidak terulang.
Keselamatan Pelayaran: Warna merah-putih dipilih untuk meningkatkan visibilitas bagi kapal, tetapi pengelolaan lalu lintas sungai tetap perlu diperhatikan mengingat arus Mahakam yang kuat.
Kesimpulan
Jembatan Kutai Kartanegara adalah simbol konektivitas, keindahan, dan ketangguhan di Kalimantan Timur.
Jembatan ini tidak hanya mempersingkat jarak antara Tenggarong dan Samarinda, tetapi juga memperkaya pariwisata dan budaya lokal dengan pemandangan Pulau Kumala, Jam Bentong, dan prosesi adat.
Untuk menjaga keberlanjutannya, pemeliharaan rutin dan pengelolaan lalu lintas harus terus diprioritaskan.
Posting Komentar untuk "Review Jembatan Kutai Kartanegara atau Jembatan Mahakam II Tenggarong"