Pancurajipost.com - Masjid Jami Aji Amir Hasanuddin adalah salah satu masjid bersejarah yang terletak di Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia.
Masjid ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga simbol sejarah dan budaya Kesultanan Kutai Kartanegara, yang merupakan salah satu kerajaan tertua di Indonesia.
![]() |
Masjid Jami Aji Amir Hasanuddin Tenggarong, Kutai Kartanegara Foto |
Berikut adalah penjelasan mendetail mengenai sejarah, arsitektur, nilai budaya, dan peran masjid ini:
Sejarah Masjid Jami Aji Amir Hasanuddin
Pembangunan Awal:
Masjid ini pertama kali didirikan pada tahun 1874 atas prakarsa Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Sultan Kutai Kartanegara ke-18.
Awalnya, bangunan ini hanya berupa musholla kecil yang sederhana, berfungsi sebagai tempat ibadah bagi masyarakat sekitar.
Pembangunan tahap pertama dilakukan pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman, mencerminkan komitmen kesultanan untuk mengembangkan agama Islam di wilayah tersebut.
Perluasan dan Renovasi:
![]() |
Haji Aji Pangeran Sosronegoro dan Aji Raden Sokmo Foto (Abdul Rahman) |
Perombakan ini diprakarsai oleh seorang menteri kerajaan bernama Aji Amir Hasanuddin, yang memiliki gelar Haji Aji Pangeran Sosronegoro. Nama masjid ini kemudian diabadikan untuk menghormati jasa beliau.
Nama Masjid Jami Aji Amir Hasanuddin secara resmi disematkan pada tahun 1999, juga untuk menghormati Sultan Aji Amir Hasanuddin, yang diakui sebagai pahlawan nasional karena perannya dalam menyebarkan Islam dan memimpin Kesultanan Kutai Kartanegara.
Masjid ini telah mengalami beberapa kali renovasi, salah satunya pada tahun 1929, untuk memperkuat struktur, seperti mengganti lantai kayu ulin dengan coran semen yang didatangkan dari Belanda. Namun, renovasi ini tetap mempertahankan karakter asli bangunan.
Proses Pembangunan:
Pembangunan masjid melibatkan gotong-royong masyarakat tanpa upah, hanya mengandalkan keikhlasan dan iman kepada Allah SWT.
Uniknya, sebelum direnovasi, masjid ini dibangun tanpa menggunakan paku besi, melainkan menggunakan kait-kait dari kayu untuk menyatukan struktur, menunjukkan keahlian tinggi dalam teknologi konstruksi tradisional.
Arsitektur Masjid Jami Aji Amir Hasanuddin
Masjid Jami Aji Amir Hasanuddin memiliki arsitektur yang mencerminkan corak tradisional Kalimantan Timur, khususnya rumah adat Kutai, dengan elemen-elemen yang sederhana namun kokoh. Berikut adalah detail arsitekturnya:
Struktur Bangunan:
![]() |
16 tiang utama Masjid Jami Aji Amir Hasanuddin Foto (Eko M Rahayu) |
Tiang dan Dinding: Menggunakan kayu ulin (kayu besi), yang terkenal karena kekuatan dan ketahanannya terhadap cuaca ekstrem.
Geser gambar untuk melihat sekeliling dalam ruangan Masjid Jami Aji Amir Hasanuddin Tenggarong
Terdapat 16 tiang utama (soko guru) yang awalnya dimaksudkan untuk ritual pengangkatan putra mahkota (upacara menduduskan), tetapi kemudian digunakan untuk pembangunan masjid setelah calon putra mahkota, Aji Punggeuk, meninggal dunia.
Atap: Berbentuk tumpang tiga dengan desain limas segi empat, dan pada puncaknya terdapat atap limas segi lima. Atap ini terbuat dari sirap kayu ulin, yang tahan lama dan memberikan ventilasi alami melalui jendela-jendela kecil di antara tingkatan atap.
Lantai: Awalnya dari kayu ulin, kemudian diganti dengan keramik pada renovasi untuk meningkatkan daya tahan.
![]() |
Menara Masjid Jami Aji Amir Hasanuddin Tenggarong Foto (Dodi Andi) |
Menara: Terdapat menara sederhana dengan tiga tiang batu bata, dihiasi kubah kecil di puncaknya, yang masih asli hingga kini.
Elemen Interior:
![]() |
mimbar masjid Jami Aji Amir Hasanuddin Tenggarong Foto |
Ventilasi: Terdapat 19 pintu yang memastikan sirkulasi udara yang baik, menciptakan suasana sejuk dan lapang di dalam masjid.
![]() |
Ruang Utama Masjid Jami Aji Amir Hasanuddin Foto |
Ruang Utama: Berukuran sekitar 50x50 meter persegi, mampu menampung hingga 1.000 jamaah.
Karakteristik Budaya:
Desain masjid ini menyerupai rumah adat Kalimantan, dengan atap tumpang tiga yang mirip dengan arsitektur joglo di Jawa, namun disesuaikan dengan bahan lokal seperti kayu ulin.
Tata letak masjid yang berdekatan dengan keraton, museum, Masjid Agung Sultan Sulaiman, dan makam raja-raja Kutai menunjukkan hubungan erat antara agama dan pemerintahan dalam tata kota Islam tradisional, serupa dengan pola di kota-kota Islam Jawa.
Jalur Transportasi Masjid Jami Aji Amir Hasanuddin
Google Map Masjid Jami Aji Amir Hasanuddin
Alamat dan Nomor telepon Masjid Jami Aji Amir Hasanuddin
- Alamat Masjid Jami Aji Amir Hasanuddin: Jalan Monumen Timur, Kelurahan Panji, Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
- Kodepost Masjid Jami Aji Amir Hasanuddin: 75513
- Nomor telepon Masjid Jami Aji Amir Hasanuddin: -
Akses : Masjid Jami Aji Amir Hasanuddin Tenggarong berdekatan dengan Jembatan Besi yang merupakan sejarah kemajuan teknologi jembatan zaman dulu, serta berdekatan dengan Tugu Adipura dan Taman tanjong dengan jarak sekitar 510 meter atau sekitar 5-9 menit berjalan kaki.
Geser gambar untuk melihat sekeliling depan Masjid Jami Aji Amir Hasanuddin Tenggarong dari jalan monumen timur.
Dari Samarinda, atau Bandara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto ke Masjid Jami Aji Amir Hasanuddin Tenggarong jaraknya sekitar 53,5 km, dan dapat ditempuh dalam waktu 1 jam 21 menit lebih, tergantung kondisi lalu lintas.
Dari Balikpapan, atau Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan ke Masjid Jami Aji Amir Hasanuddin Tenggarong perjalanan memakan waktu sekitar 2,5 - 3 jam dengan jarak sekitar 141 Km melalui jalur darat, rute jalan Soekarno-Hatta.
Nilai Budaya dan Sejarah Masjid Jami Aji Amir Hasanuddin
Cagar Budaya:
Masjid ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur karena usianya yang lebih dari satu abad dan nilai sejarahnya yang tinggi.
Bangunan ini menyimpan artefak bersejarah dari Kesultanan Kutai Kartanegara, seperti tiang soko guru dan mimbar, yang mencerminkan kekayaan budaya dan tradisi kerajaan.
Simbol Keagamaan dan Kesultanan:
Masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan keagamaan seperti pengajian, ceramah, dan acara keagamaan lainnya.
Masjid ini menjadi tempat ziarah bagi mereka yang ingin mengunjungi makam para sultan Kutai Kartanegara, menegaskan perannya sebagai pusat spiritual dan budaya.
Keberadaan masjid ini mencerminkan perkembangan Islam di Kalimantan Timur, yang diperkuat oleh Kesultanan Kutai Kartanegara sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di wilayah tersebut.
Warisan Komunitas:
Pembangunan masjid melalui gotong-royong menunjukkan semangat kebersamaan dan keikhlasan masyarakat Kutai Kartanegara.
Masjid ini menjadi kebanggaan masyarakat lokal karena nilai historisnya dan sebagai pengingat akan warisan Kesultanan Kutai Kartanegara.
Peran dan Fungsi Masjid Jami Aji Amir Hasanuddin Saat Ini
Ibadah dan Kegiatan Keagamaan: Masjid ini tetap aktif sebagai tempat ibadah utama bagi umat Islam di Tenggarong, dengan kapasitas besar untuk menampung jamaah.
Wisata Sejarah dan Budaya: Karena statusnya sebagai cagar budaya, masjid ini sering dikunjungi oleh wisatawan yang ingin mempelajari sejarah Kesultanan Kutai Kartanegara dan arsitektur tradisional Kalimantan.
Pemeliharaan: Pemerintah terus berupaya memelihara masjid ini, seperti terlihat dari tender pemugaran oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, meskipun beberapa tender dilaporkan gagal.
Fakta Unik Masjid Jami Aji Amir Hasanuddin
Konstruksi Tanpa Paku: Sebelum renovasi, masjid ini dibangun tanpa paku, menggunakan teknik sambungan kayu tradisional, menunjukkan keahlian tinggi masyarakat Kutai pada masa itu.
Tiang Bersejarah: 16 tiang utama masjid awalnya disiapkan untuk ritual kerajaan, menambah nilai simbolis bangunan ini.
Nama Ganda: Meskipun dinamakan untuk menghormati Aji Amir Hasanuddin (menteri kerajaan), nama ini juga merujuk pada Sultan Aji Amir Hasanuddin, pahlawan nasional, yang memperkuat identitas masjid sebagai warisan nasional.
Kesimpulan
Masjid Jami Aji Amir Hasanuddin adalah monumen sejarah yang mencerminkan kekayaan budaya, agama, dan arsitektur Kesultanan Kutai Kartanegara.
Dibangun pada tahun 1874 dan diperluas pada 1930, masjid ini menggabungkan elemen tradisional Kalimantan dengan nilai-nilai Islam yang kuat.
Dengan statusnya sebagai cagar budaya, masjid ini tidak hanya menjadi pusat ibadah, tetapi juga destinasi wisata sejarah yang menarik, menyimpan cerita tentang keikhlasan masyarakat, kejayaan kesultanan, dan perkembangan Islam di Kalimantan Timur.
Keunikan arsitekturnya, seperti penggunaan kayu ulin dan atap tumpang tiga, serta nilai historisnya menjadikan masjid ini sebagai salah satu warisan budaya yang patut dilestarikan.
Posting Komentar untuk "Review Masjid Jami Aji Amir Hasanuddin Tenggarong, Kutai Kartanegara"